Wednesday, July 10, 2019

Grup di Sumbawa Besar


Penulis: Tony Hartono
Peringkat: 5 Stars Diamond MGM




Antara bulan Oktober-November (2019) saya berada di kota Sumbawa Besar, merupakan sebuah kota kecil di propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Karena kota kecil, keadaannya jauh lebih sepi dari Surabaya. Hidup disini saya lihat terasa lebih santai, tidak gampang stress karena macet-macetan di jalan. Di Sumbawa juga tidak ada tempat hiburan seperti di Surabaya, jadi duitnya awet. Saya biasanya cuma kumpul-kumpul dengan teman teman downline di grup saya MGM, ngobrol kesana kemari. 

Angelina Shie
Angelina Shie


Senang rasanya bisa kumpul lagi bareng mereka. Ingat-ingat lagi waktu saya diundang bawakan Sukses Seminar beberapa tahun lalu atas permintaan Leader di grup ini, Angelina Shi. Angie grupnya sebetulnya sempat berkembang pesat, tapi sayangnya dia tidak fokus dan konsisten. Pikirannya terpecah setelah bertemu dengan seorang anggota Equitas Club, Tengku Habibi Anwar, dia berusaha pindah ke Equitas. Dia ingin jadi anggota tapi nasib menentukan lain. Dia gagal dalam beberapa tahapan seleksi pegawai Equitas. Batal ke Equitas harusnya dia masih bisa lanjutkan mengembangkan grup MGM yang dia tinggalkan. Tapi anehnya dia terlanjut sangat malu. Singkatnya dia tidak dimana mana sampai kabar terakhir dia berada di Taiwan. Terus terang, selama saya mengenal Angie, saya senang bangun relasi bersama dia. Angie orangnya sangat koperatif dan mau kerja keras tapi seakan rasanya hidup tanpa beban buat dia.
Sebagian besar teman teman di grup yang Angie bangun sudah memiliki grup yang besar. Salah satu downliner Angie yang sukses bernama Jia Lie. Dari passive income MGM dia perbesar tokonya, usaha tambak udang, dagang hasil bumi, dan lain-lain. Ini salah satu toko Jia Lie dan dia disitu,,,


Jia lie


Waktu saya kesana kami juga sempat buat acara. Kumpul semua teman teman grup, malam-malam setelah tutup toko, kami bakar ikan di pinggir pantai. Ikannya benar-benar segar. Baru ditangkap, langsung dibakar. Kami sempat merenung bersama dan berhandai handai kalau saja Angie ada di tengah kami...


Sudah tentu saya sedia waktu membawakan Success Seminar di ballroom PTC. Jaringan MGM di tahun 2019 ini sudah memiliki jaringan di lebih dari 10 negara. Tidak pernah terbayang bisa sebesar ini... Dalam hidup, kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Dan pilihan itu ada di tangan kita. Hanya kita yang berhak menentukan jalan hidup kita sendiri. Tidak ada orang lain yang bisa mengatur. 

Sunday, July 7, 2019

3 Kunci Bangun Jaringan



Penulis: Tony Hartono
Peringkat: 5 stars Diamond MGM
Passive Income: > Rp 1M/bulan
Berikut adalah text yang saya susun dalam Success Seminar:


Apa yang saya pelajari dalam membangun jaringan komunitas MGM hingga sebesar 6 Juta IBO di lebih dari 5 negara dan dalam karir bisnis Network Marketing saya selama lebih dari 10 Tahun? Dan Mengapa cara lama sudah tidak terlalu efektif lagi dalam membangun bisnis Network Marketing hari ini??.
Sekaligus, hal positif apa yang bisa anda pelajari dan implementasikan dalam bisnis Network Marketing anda.
Memang benar MGM, Unisyn dan Equitas Club sama menggunakan teknik RDBMS dalam memperbesar bisnis. Konsepnya sama tapi perlu dicatat: Beda dalam hal metode dan strategi.
Fungsi RDBMS dalam Equitas hampir tidak berperan, beda dengan kami di MGM ataupun Unisyn. Equitas tetap jalan tanpa RDBMS, boleh dibilang begitu. Tidak demikian di Unisyn dan MGM. Lalu apa perbedaan dasar konsep RDBMS di MGM dan Unisyn? Pertanyaan ini kerap dilontarkan publik. Cuma ini letak bedanya: MGM lakukan RDBMS guna merekrut sedangkan Unisyn mungkin merekrut tapi lebih sering tidak. Mungkin hanya 1% dari relasi yang terbangun akan menjadi murid Unisyn. Kedua, IBO yang direkrut MGM belum tentu akan diminta berjualan, sekali lagi belum tentu untuk jualan tetapi mereka sudah pasti akan diminta merekrut lagi menambah jumlah anggota dalam grup. RDBMS di Unisyn bisa dibilang unik. Relasi dibangun belum tentu menjadi seller tetapi bisa untuk berbagai kepentingan; bisa menjadi supplier, mitra bisnis, penyedia informasi dan berbagai kemungkinan sesuai kebutuhan...
Sebelumnya salam hangat dari saya untuk anda Rudy Hartono. Pastikan anda membaca tulisan ini hingga selesai, karena akan banyak hal yang anda bisa pelajari.
Hanya setahun setelah MGM Founder Linda Nisida membuka pertemuan pertama MGM, beliau perkenalkan bisnis ini kepada saya dan di tahun inilah pertama kali saya mengenal industri network marketing. Di awal memulai saya mungkin sama seperti sebagian besar anda.
* Sudah mengikuti intruksi upliner tapi belum berhasil
* Sudah mengikuti setiap pertemuan tapi belum berkembang juga
* Sudah membaca buku - buku yang di re-komendasi, tapi tetap sakit hati jika ditolak
* Sudah menuliskan 100 daftar nama tapi tetap saja belum ada yang bergabung
* Sudah presentasi sana sini, tapi tetap saja mereka tidak percaya dengan penawaran anda
* Sudah membangun tim leader, ternyata mereka tidak bertahan lama
* Group sudah terbentuk, namun runtuh kembali
* Sudah capai peringkat tinggi, namun omset dan pertumbuhan stuck
* Dan masih banyak hal - hal menyakitkan lain-nya
Jika anda tidak familiar dengan cerita saya. Saya berkarir didalam industri Network Marketing sudah lebih dari 10 tahun. Dalam karir saya sebagai praktisi, saya bersyukur mampu menikmati hal - hal yang di-idamkan dalam industri ini. Mulai dari yang paling kecil hingga yang paling besar.
Dalam puncak karir saya sebagai praktisi. Saya bersyukur mampu membangun jaringan distribusi sebesar >6 juta IBO di 5 negara. Sekaligus menciptakan pemimpin - pemimpin besar di industri ini yang hari ini berada di berbagai macam perusahaan.
Dan saya melihat ada 3 kunci penting untuk anda bisa sukses besar di industri ini dan pada era digital hari ini :
Kunci #1 - Logika+Data dulu baru motivasi
Jaman dahulu, kita mampu melakukan komunikasi dengan prospek kita tanpa khawatir mereka mengecek kembali informasi yang kita berikan. Hari ini berbeda, dengan perkembangan jaman prospek kita bisa mengecek kembali apa yang kita bicarakan. Jika kita bicara iuran keanggotaan adalah 100rb, namun mereka mengecek di medsos dan ternyata cuma 50rb. Kepercayaan mereka terhadap anda menurun 1000 %.
Kunci #2 - Roti Tawar VS Rainbow Cake
Hari ini prospek anda cukup bosan dengan penawaran aktivitas komunitas yang sama itu - itu saja. Mulai dari nite party, kesehatan masal, asuransi, obat herbal, outdoor sport, program religi, wisata alternatif dan produk - produk yang " di-anggap " unik lain-nya. Faktanya prospek anda membutuhkan peluang yang " Rainbow Cake " atau berbeda dengan lainnya. Tidak hanya pada produknya, melainkan dari bagaimana anda menawarkan, mengapa komunitas kita lebih baik di banding kompetitor, dll
Kunci #2 - Shifting
Perkembangan teknologi, digital, sosial dan internet mengubah permainan di hampir semua lini bisnis. Dahulu jika anda ingin berkenalan dengan prospek baru di suatu tempat jauh lebih mudah dibandingkan hari ini. Karena hari ini semua orang merunduk melihat handphone-nya. Anda perlu melakukan proses pembangunan bisnis anda dengan cara - cara yang up to date.
Saya hari ini memutuskan untuk " Paying Back " kepada industri yang telah membesarkan nama saya. Dan hari ini adalah waktu yang tepat untuk saya membagikan hal tersebut kepada teman - teman . Dengan visi menjadikan industri ini lebih terpandang dan membantu anda dapat sukses besar dalam industri ini.
Industri ini menghasilkan lebih banyak pemimpin - pemimpin besar masa depan, dibandingkan industri lain
Dalam beberapa hari kedepan saya mengadakan Exclusive Online Training yang membahas tentang " Bagaimana Anda Bisa Sukses Besar di Industri Ini Pada Era Digital Sekarang "


Wednesday, June 12, 2019

Tanggapan Mr Sondhe soal - dari Juragan Tahu


Ratanjit Singh Sondhe
Aug 27, 2013
Penghasilan dari bisnis MGM-G sudah jelas tercepat dibanding penghasilan dari bisnis di lingkungan perusahaan perusahaan Equitas Club  maupun perguruan Unisyn, kalau kita bicara kecepatan pertumbuhannya jika sama sama dari nol. Dari segi pertumbuhan, ya.
Penghasilan dari bisnis bisnis di Equitas karena modal investasinya besar (sangat besar) maka sudah tentu revenue atau penghasilannya juga besar dan laba (profit) seakan akan besar, tergantung jenis bisnisnya tentunya tetapi dari segi profit margin tidak ada yang di atas 30%. Lalu setelahnya bisnis bisnis Equitas tidak ada pertumbuhan yang berarti bahkan cenderung menurun mengikuti hukum Product Life Cycle. Jadi: penerimaan besar dan cepat, tapi kemudian growth hanya sedikit.
Penerimaan dari Cash Back melalui MGM-G memang di awalnya hampir tidak kelihatan, tetapi kemudiannya bisnis mereka "take-off" melambung tinggi, bisa cepat sekali pertumbuhannya.
Bisnis bisnis melalui Unisyn System agak mirip dengan Cash Back dari MGM-G, tetapi mereka lebih lama. Karena mereka harus fokus pada 2 hal: pengembangan Outlet dan pengembangan relasi. Sedangkan di MGM-G teman teman kita itu hanya fokus pada pengembangan relasi saja.
Bisnis di Unisyn tidak bisa secepat MGM-G, karena mereka berusaha menghindari image bahwa bisnis mereka bukanlah ada terkait dari unsur MLM. Ya memang betul demikian. Perguruan boleh dibilang sama sekali tidak terkait dengan MLM, kecuali jika kebetulan siswa ybs menyengaja melakukan bisnis MLM. Akibat dari inilah bisnis perguruan sulit ditebak pergerakannya, bahkan oleh kalangan mereka sendiri. Bisnis dari perguruan baru akan melaju kencang jika 2 hal sudah terpenuhi: perkembangan outlet dan perkembangan relasi.
Sedangkan bisnis di MGM-G dari awal mereka tidak ada gengsi dijuluki bisnis MLM. Mereka melakukan apa adanya, sengaka melakukan apa yang orang orang umumnya sudah anti melakukannya. Ini berakibat amat positif bagi bisnis mereka. Bisnis dari MGM-G maju sangat pesat dan cepat sekali menghasilkan orang orang ultra kaya.

Monday, June 10, 2019

Dari Juragan Tahu Menjadi RB


Expand Messages
  • Lay Kie Chan
    Aug 26, 2013


    Nama saya Lay Kie Chan (25). saya lahir dan besar di kota Sintang, berpenduduk hanya sebesar ± 500.000 jiwa. Kepadatan penduduk 16 jiwa/km2 yang terdiri dari multi etnis dengan mayoritas suku Dayak dan Melayu. Untuk menuju kabupaten sintang kita dapat menggunakan transportasi darat dan juga udara dari kota Pontianak membutuhkan waktu ± 12 jam perjalanan, sedangkan bila melalui udara ± 45 menit.
    Kabupaten sintang juga memiliki potensi – potensi obyek wisata yang banyak dan tidak kalah dengan kabupaten – kabupaten lain yang berada di provinsi Kalimantan barat dari wisata alam sampai wisata sejarah.
    Keluarga saya hidup  dari berdagang tahu, tahu Cina dan bisnis keluarga menjadi salah satu latar belakang saya untuk ikut serta memasarkan tahu dengan sasaran rumah tangga. Saya berdagang tahu keliling dengan keuntungan yang didapat kecil saja per harinya. Tapi harus bagaimana lagi? Cuma itulah yang bisa saya dan keluarga lakukan untuk bisa hidup. Setiap harinya saya harus berjalan di bawah terik matahari. Sejujurnya, tidak pernah kami sekeluarga berpikir akan menjadi lebih baik suatu ketika nantinya.
    Kesabaran, ketekunan, dan kerja keras tanpa mengeluh dari setelah lebih kurang 20 tahun berjualan tahu keliling dan dari modal yang dikumpulkan saya sewa tempat di pasar. Tidak hebat memang, namun bisa membuat pekerjaan saya dan keluarga sedikit lebih ringan. Minimal, dengan adanya tempat di pasar bisa jadinya berjualan tahu tanpa harus keliling. Meskipun sudah berjualan di pasar, saya tidak berhenti mengumpulkan dana untuk memajukan usaha.

    Beberapa lama berjualan di pasar, peluang membesarkan usaha nampak di depan mata. Awal tahun 2000 setelah krismon, ada pengusaha pabrik tahu yang bangkrut dan menawarkan saya untuk beli pabrik dan alat-alat produksinya. Kesempatan itu langsung saya ambil. Sebuah pabrik pengolahan tahu yang berdiri di atas tanah agak di luar kota Sintang dan ini menjadi titik balik perjalanan usaha menjadi lebih besar. Sudah tentu saya dan keluarga harus merogoh kantong lebih dalam karena harus beli bangunan pabrik pengolahan dibutuhkan dana yang tidak sedikit, disamping juga perabotan dan beberapa alat produksi pengolahan tahu seperti mesin uap, tungku air dan lainnya. Tekad papi saya sudah sebesar gunung untuk mengambil kesempatan ini agar bisa memulai bisnis dengan keuntungan yang cukup menjanjikan di kemudian hari. Sadar tidak mampu menjalankan industri pengolahan makanan hanya dikalangan keluarga, papi merekrut banyak tenaga kerja dari keluarga jauh, pernah mempekerjakan 20 orang sekaligus.

    Saya menceritakan pada awalnya industri pengolahan tahu ini hanya mampu memproduksi sedikitnya 1 kuintal tahu per hari yang kemudian didistribusikan ke pasar tradisional, yang dulunya salah satunya di tempat kami berjualan. Alhasil, perlahan tapi pasti, pabrik ini mulai berkembang. Dari 1 kuintal hingga menjadi sedikitnya 6 kuintal tahu per hari. Untuk mendistribusikan hasil pengolahannya, Kami juga memiliki sebuah mobil operasional berjenis pikap yang siap mengantar ke pasar pasar tradisional setiap malam.
    Langkahnya menapaki dunia usaha tidak berjalan mulus. Insiden kebakaran yang melanda pabrik tahu milik keluarga saya itu. Amukan si jago merah pada 2005 silam membumihanguskan seluruh bangunan pabrik tahu beserta isinya. Beruntung, rumah tinggal kami di tengah kota, jauh dari pabrik itu. Semua ludes dan tidak bersisa. Ini cobaan terberat selama saya menjalankan usaha ini. Kebakaran yang terjadi itu akibat meledaknya tungku minyak.
    Kerja keras saya dan keluargapun seolah habis tidak bersisa. Gelap rasanya segala sesuatunya waktu itu. Saya baru nikah dan baru punya bayi 2 bulan. Sedih sekali.  Bingung tidak tahu mau kemana arah hidup ini, ada teman ingin menghibur, namanya Ahong. Dia dulunya sering pinjam uang ke saya; lebih sering tidak dikembalikan karena dia tidak mampu. Sewaktu kejadian amukan si jago merah tersebut, kehidupan ekonominya semakin baik, katanya karena adiknya di Pontianak sukses luar biasa. Adiknya ini bernama Lie Ryna. Dia memberi modal ke teman saya ini untuk usaha restoran bubur babi di Sintang. Usahanya maju pesat. Melihat saya sedang susah, dia ajak saya menghadiri pertemuan di Palangkaraya; Success Seminar judulnya.
    Demikianlah, saya ditanggung penuh tiket pesawat pulang pergi termasuk hotel dan makan oleh Ahong menuju Palangkaraya. Seminarnya hanya sehari tapi cukup menggugah saya. Saya diberi arahan langsung oleh Top Leadernya, bu Linda. Belum cukup, selesai seminar saya minta Ahong bawa saya ke bu Linda untuk dikenalkan. Sewaktu berkenalan tidak terkesan sedikitpun oleh saya bahwa bu Linda ini orang yang sombong. Sebaliknya, beliau begitu ramah bahkan waktu menjabat tangan saya beliau lakukan dengan sambil agak membungkukkan badannya. Padahal beliau ini sudah punya penghasilan pasif milyaran rupiah.
    Oleh bu Linda saya mendapatkan pejelasan mengenai bisnis Cash Back lebih lanjut dan ditail. Hati saya begitu tergugah untuk melangkah menjalankan bisnis tersebut, tanpa basa - basi saya langsung mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari mereka – MGM Group. Dengan persyaratan yang sudah saya selesaikan, proses pendaftaran berjalan dengan lancar sepulang dari seminar saya segera lakukan step step yang dianjurkan untuk dijalankan oleh grup MGM. Dalam hati saya sudah memiliki keyakinan dan kemantapan untuk sungguh-sungguh dalam bisnis ini. Saya tidak ingin hanya semangat di awal. Saya berjanji pada diri sendiri akan terus menjaga semangat sampai kapanpun.

    Secara bertahap prosedur dan cara kerja Cash Back System saya pelajarihingga saya kuasai dengan benar. Kemudian sambil jalan sedikit demi sedikit saya lalukan bisnis tersebut dengan langsung terjun ke lapangan. Berbagai rintangan sudah saya tempuh namun hal tersebut tak menggoyahkan saya untuk tetap memacu semangat dalam  berbisnis. Itu sudah menjdi pilihan saya. Jadi apapun resiko akan saya terima. Saya  menganggap bahwasanya orang yang ingin sukses tidaklah akan semulus jalannya seperti yang kita inginkan.
    Saya bangun bisnis ini di kota Sintang dari nol. Perlahan lahan, jatuh bangun, hancur bangun lagi, jaringan yang saya dirikan semakin kokoh. Hingga mulailah penghasilan saya terima dan rasakan. Banyak orang yang mengatakn bahwa bisnis jenis seperti Cash Back ini adalah bisnis yang sangat membuat orang kapok namun semua itu hanyalah hasil dari para pelaku bisnis itu sendiri. Banyak bisnis dimana-mana dan cara kerjanya pun juga sama akan tetapi tidak banyak juga mereka menjalankan bisnis model ini dengan semestinya hingga berakibat bisnis seperti ini menjadi tercemar namanya.

    Bisnis yang menjadi Core di MGM-Group, yakni Cash Back System,  sesungguhnya adalah aktivitas mencari teman. “Relationship Building is about making friends”. Setiap hari keliling Sintang untuk menemui satu-persatu prospek, sesungguhnya saya sedang mengoleksi teman-teman baru dan memupuk hubungan pertemanan dengan mereka. Saya tak pernah pilih-pilih kalau urusan mencari teman. Mau jadi Relationship Builder yang powerful? Mau jadi Independent Business Owner (IBO) yang banyak duit? Maka apakah saya ketemu manajer atau karyawan rendahan atau OB, saya perlakukan sama. Tak ada pilih-kasih, tak ada diskriminasi, perlakuannya SAMA.
    Hubungan pertemanan ini terjalin tak hanya menyangkut hubungan kerja dan hubungan profesional, tapi juga hubungan personal dan kekeluargaan. Karena setiap saat selalu menambah koleksi teman, sebagai RB saya merasakan sebuah kekayaan jiwa yang jauh melebihi kekayaan harta dan kekayaan kuasa.
    Setelah tahunan  menjadi RB, saya menganggap setiap prospek atau downline  adalah teman, bukan sekedar konsumen.  Bagi saya mereka adalah teman yang selalu ikhlas memberi dan berbagi.  Berkat menjadi Relationship Builder, teman-teman saya melimpah-ruah dan ini merupakan berkah luar biasa. Kenapa? Karena kehidupan terindah dan ternikmat adalah ketika kita dikelilingi teman-teman yang selalu ikhlas memberi dan berbagi.
    Hidup menjadi begitu bermakna ketika kita dikelilingi oleh teman-teman yang peduli dan berbagi. Ini menjadi asupan energi luar biasa, yang membuat saya selalu positif, selalu berlimpah semangat, selalu menghayati pekerjaan ini dengan sepenuh hati.
    Pekerjaan RB  juga memberi saya pelajaran hidup. Ya, karena meyakinkan prospek untuk bergabung ke komunitas kita itu tidak gampang. Dulu awal-awal berprofesi sebagai RB ini, saya lebih banyak ditolak ketimbang diterima prospek. Jujur saja, sampai sekarang pun, setelah melanglang-buana di dunia ini, saya pun masih sering ditolak. Terjun di dunia ini tanpa penolakan, itu namanya hil yang mustahal. Terjun di dunia business relation tanpa kegagalan, itu namanya hal yang mustahil. Tetapi mohon catat 1 hal: mereka yang menolak itu menolak bergabung masuk komunitas; tetapi, apakah mereka juga menolak menjadi relasi saya? Sudah tentu tidak! Jjustru di sinilah sisi indah dunia Business Relation. Ditolak dan gagal itu menyadarkan saya bahwa kesuksesan itu tidak gampang; kesuksesan itu perlu kegigihan; kesuksesan itu bukan cuma hasil dari kerja instan. Saya jadi ingat ungkapan inspiring dari Soichiro Honda, pendiri Honda Motor. Dia bilang: “Sucess is 99% failure”, sukses itu buah dari segudang kegagalan.
    Inilah pelajaran hidup paling besar yang saya peroleh dari dunia RB. Bahwa kegagalan bukanlah akhir segalanya. Kegagalan tak seharusnya membuat kita loyo. Kegagalan seharusnya memberi kita pelajaran-pelajaran. Dari dari pelajaran-pelajaran itu kita bangkit untuk menjadi lebih baik.
    Kini, tepatnya 8 tahun setelah kebakaran pabrik itu, penghasilan saya dari Cash Back System justru setiap bulannya lebih dari puluhan kali lipat dari pada sebagai owner pabrik tahu. Artinya kalau dulu sebagai juragan tahu saya bisa mengantongi puluhan juta rupiah setiap bulannya (karena bagi bagi dengan adik kakak sekeluarga) maka sekarang ratusan juta rupiah itu hal biasa, malah cenderung terus meningkat. Tidak hanya itu, penghasilan kali ini PASIF! Artinya tanpa bekerja lagipun uang terus mengalir setiap bulannya. Sampai akhirnya saya kesampaian membeli sepeda motor Harley Davidson (seperti dalam foto)

    Membaca paragraf demi paragrafi tulisan ini pasti pembaca punya kesimpulan yang sama dengan saya: “WOW… betapa indahnya menjadi seorang Relationship Builder; WOW… betapa mulianya menjadi seorang Relationship Builder; dan WOW… betapa cool-nya menjadi seorang Relationship Builder.”
    Tapi rupanya potret di atas tak seindah gambar aslinya. Ya, karena dari dulu hingga sekarang profesi Relationship Builder dipandang sebelah mata di antara profesi-profesi lain. Jaman saya kecil, tak ada satupun anak-anak yang punya cita-cita menjadi Relationship Builder ; yang ada menjadi dokter, insinyur atau astronout. Ketika lulus kuliah, tidak  ada fresh graduate yang memilih berprofesi menjadi Relationship Builder. Mereka cenderung menempatkan profesi Relationship Builder di posisi paling buncit setelah sebelumnya ditolak di profesi-profesi lain.
    Kalau kontras seperti ini, pertanyaannya: “Ini salah siapa?”
    Dari kesemua itu puji syukur saya kepada Tuhan karena telah dipertemukan dengan ibu Linda Nisida, Tripple Diamond MGM-G.

Wednesday, May 8, 2019

Kisah Diamond - Hanifah




Kisah jalan saya menuju sukses cukup berliku liku. Ada beberapa bagian dari kisah saya yang tidak pantas untuk ditiru. Karena....memalukan, begitulah kata yang tepatnya.


Nama saya Hanifah. Ibu rumah tangga dengan satu anak, kemudiannya menjadi dua. Umur 32 thn tapi banyak yang bilang saya masih seperti gadis. Orang juga banyak yang bilang saya ini tergolong cantik.
Saya sudah mengenal milis ini dari tahun 2009, tahun dimana saya mengenal bu Ryna, upline saya. Saya banyak mengenal apa itu Equitas Club dan perguruan Unisyn dari milis. Namun baru kali ini saya perkenalkan diri bahwa sebenarnya dari dulu hingga sekarang keaktifan saya berada di MGM-G. Dulunya saya punya usaha butik baju baju yang trendy. Sebetulnya usaha saya ini cukup berkembang pesat. Saya dulunya tinggal di Banjarmasin. Di sela-sela kesibukan saya menekuni konveksi tersebut, ketika sedang melepas lelah selesai berbelanja bahan tekstil di toko Adi Habibah, di pasar Sudimampir, di pasar tradisional, saya minum di sebuah kedai kecil disitu. Selagi minum mampir dua orang pemuda, keduanya terlihat tampan; yang seorang berwajah indo (campuran) dan yang kedua wajah pribumi tapi sulit ditebak berasal dari mana. menanyakan arah jalan ke ibu pemilik kedai. Mereka  menanyakan jalan tapi ibu tersebut tidak mengetahuinya.  Kebetulan saya mendengar percakapan mereka dan juga kebetulan saya mengetahui maka saya coba menyapa mereka menawarkan untuk menunjukkan arah jalan yang mereka maksudkan. Sejak awal pertemuan itu entah kenapa hati saya bagai terkena magnet tersedot ke arah pemuda tampan yang bukan blasteran (campuran) itu, pribumi, tetapi pria ini sikapnya dingin agak cuek kepada wanita. Kalaupun ditanya hanya menjawab seperlunya saja. Sebut saja dia bernama Bxx. Beda dengan pemuda berdarah indo itu yang bernama Himxxx Lucky, selalu begitu semangat dan ramah.  Dari percakapan sejenak selama mengantar kedua pemuda itu saya ketahui mereka berasal dari kota Jakarta. Sangat jauh dari pulau Kalimantan ini. 
Lucky punya usaha mirip dengan saya, yaitu usaha sablon dan digital printing. Usahanya lebih sukses dari usaha saya. Awalnya kami cuma saling kirim email. Dalam pesan-pesan yang singkat di email itu kami pun saling menceritakan keadaan masing masing. Meski dia tahu saya istri dan ibu dari anak 4 tahun, dia tetap manis menanggapinya. Sedangkan pria yang menemaninya waktu itu di Banjarmasin setelah itu sudah tak ada kontak. Padahal selain ke Lucky saya juga memberikan nomor telpon dan email saya. Tapi no respons. Sebetulnya saya coba kirim email  malah lebih sering saya kirimkan dari pada ke Lucky, tapi sama sekali tidak dia balas. Bahkan saya coba telpon dan sama saja, dia hanya jawab seperlunya dan minta maaf tidak bisa bicara banyak karena sibuk.
Berbeda jauh dengan Lucky. Karena dia selalu menanggapi saya maka hubungan saya semakin akrab. Dari situ, saya dan Lucky teruskan hubungan dengan saling kirim foto dan berujung pada janjian mengadakan pertemuan. Bisnisnya yang cukup maju membuatnya tidak masalah untuk minimal 2x sebulan ke Kalimantan.
Saya benar-benar khilaf dan terbuai suasana. Dia memang lebih ganteng dari suami saya , meski dalam lubuk hati saya lebih kagum pada ketampanan dan senyum mas Bxx, temannya Lucky, namun sikapnya yang dingin bagai es. 
Bagi Lucky gampang sekali baginya memberikan sepatu, baju, baju sekolah, alat alat olah raga dan tas mahal untuk saya dan anak saya. Bayangkan untuk membeli barang tsb dia rela merogoh ATM nya. Saya begitu terharu. Begitulah. Hari hari berikutnya kata kata Lucky  di email mulai sedikit genit dan nakal. Dan anehnya saya malah terhibur. Mulailah setan merayapi saya. Kami saling berkirim foto. Awalnya foto biasa saja, tapi lama lama foto foto yang menggoda. Akhirnyapun sampai sampai saya mau memberinya foto telanjang dada permintaannya. Dan...karena selalu masih penasaran, foto serupa saya coba beranikan juga   kirimkan ke mas Bxx...cukup hanya dalam hitungan menit, email saya sudah dijawab oleh mas Bxx tetapi dengan pesan yang amat menusuk dan melukai hati saya: "Apa ini? dan apa maksudnya? Kamu tidak pikirkan ya perasaan suami kamu kalau dia tahu hal ini...?" Email itu sampai sekarang sengaja saya simpan dan sejak itu saya kapok ogah kontak ke mas Bxx, sama sekali!
Sebaliknya, hubungan saya dengan Lucky semakin hot. Malam-malam yang ada penuh bunga-bunga bangkai bertebaran. Pesan pesan kata kata sayang, begitu berani, vulgar dan menantang birahi. saya tidak menyangka, meski sudah beranak satu tapi masih ada perjaka yang menyukai.
Lanjutannya Minggu di pertemuan kedua, kami sudah langsung cek in hotel di kota tempat saya bermukim, Banjarmasin. Kemudian selanjutnya dia menyempatkan diri sebulan berada di kota saya. Ini membuat kami sering adakan pertemuan hingga sampai lebih dari 20x pertemuan dalam sebulan.
Akhirnya 3 bulan setelah itu, saya mulai hamil. Anehnya saya merasa biasa saja. Tapi kedua orang tua saya bingung dan mempermasalahkan. Pasalnya, sudah setahun suami saya kerja jauh terpisah dari saya, di daerah Badak dan sudah barang tentu lama sekali menyentuh saya. Namun saya tetap bilang pada mereka, bahwa ini adalah janin suami saya. Tapi kedua orang tua saya tetap tidak percaya. Akhirnya, suami saya pun dituntut pulang.
Singkatnya saya ketahuan serong. Suami saya mengecek inbox dan sent box email saya. Dia memang tahu password-nya karena dialah yang membuatkan email itu untuk saya. Saya demikian bingung dan panik. Masih ada pesan-pesan nakal saya di situ. Saya menangis sejadi-jadinya. Menyembah-nyembah, bertekuk lutut di hadapan suami dan kedua orang tua kandung saya.
Akhirnya saya diusir. Termasuk berpisah dari anak saya. Saya keluar rumah dengan tangisan anak saya. Bahkan untuk memelukpun saya tak diizinkan. Kemudian saya coba minta pertanggung jawaban dari lelaki itu, Lucky, namun tidak pernah lagi email saya dijawabnya. Saya beranikan diri jauh jauh pergi ke Jakarta, ke perusahaan tempatnya bekerja. Di bagian personalia, ternyata tak menemukan nama yang saya maksud! Saya tunjukkan foto wajahnya, dan ternyata tiada ditemui wajah yang seperti itu. Justru yang muncul orang lain, pas orang itu lagi mau pergi ke luar kantor, orang yang sudah lama saya lupakan, mas Bxx. Jadi ternyata selama ini Lucky gunakan nama perusahaan tempat dimana mas Bxx bekerja untuk mengelabui saya.  Tanpa malu malu, saya peluk mas Bxx dan menangis sejadi-jadinya. Mas Bxx jadinya panik, bingung tak tahu harus berbuat apa, tambah lagi beliau ditonton banyak orang orang sekantornya.
Di tempat yang memungkinkan untuk bicara, saya curhat soal diri saya ke mas Bxx. Kandungan saya sudah hampir 6 bulan. Uang sangupun semakin menipis. Mas Bxx berikan jalan keluar, dia teringat teman dekatnya di Pontianak yang masih single, wanita, bernama Lie Ryna. Mas Bxx  hubungi dia dan memohon agar untuk sementara saya dibolehkan menetap di rumahnya. Alhamdulillah dia tidak berkeberatan meski hanya diberi tempat sebuah kamar kecil dan juga untuk makan sehari hari dia tak masalah, dia bisa selalu menyediakan. Kemudian sebelum berpisah mas Bxx menyempatkan menyuruh office boy kantor untuk ambil uang buat saya. Luar biasa! Selama ini saya salah kenal orang. Justru orang yang saya pikir jarang senyum, diam malah berhati emas.


Sampai di bandara Supadio - Pontianak, Nci Ryna mengirim mobil berikut supir; sedan BMW seri 7. Wow, tak pernah terbayang bahwa teman mas Bxx ini ternyata kaya. Tak tahu kemana arah diuntung. Tak tahu kemana nasib akan menuntun. Lie Ryna seorang warga keturunan, Cina Pontianak. Cantik sekali. Dia tersenyum manis memperkenalkan diri sewaktu saya sampai di rumahnya yang besar dan mewah di perumahan Green Aurelia. Rupanya mas Bxx sudah menceritakan kesusahan hidup saya. Seminggu tinggal di rumah nci Ryna temannya bernama Tony Hartono datang  menawarkan saya suatu bisnis yang waktu itu bagi saya terkesan aneh: membangun grup networking. Saya diarahkan untuk membentuk kelompok organisasi sosial yang nantinya dimiliki oleh saya sendiri, dengan iuran keanggotaan Rp 50 ribu sebulan. Dari besaran uang tersebut dipotong separuhnya untuk biaya konsumsi dan perlengkapan lainnya. Meski pada awalnya ada keraguan yang snagat besar tetapi saya cuba paksakan diri untuk melakukannya. Sebab harus apalagi? Saya tidak punya pilihan.
Membangun kelompok di kota yang belum pernah saya sebelumnya saya hidup disini. Juga di kota ini anak saya dari Lucky lahir. Kota dimana hampir 100% penduduknya saya tidak kenal, kecuali nci Ryna. Tetapi bu Ryna mendorong saya, menyemangati. Beliau bagi saya dialah motivator no#1 di Indonesia , bukan siapa siapa lagi. Sebab dia bisa membangun kembali rasa percaya diri saya yang sudah punah. Dia bantu saya dia jelaskan dengan sabar dan tekun langkah langkah apa saja yang harus saya lakukan. Terutamanya aktivitas Prospecting dan Presentasi yang mutlak harus mau saya lakukan. Dengan aktivitas bisnis ini cukup membuat Ryna sibuk namun saya tidak pernah melihat beliau mengeluh sedikitpun juga.
Akhirnya dibawah pengarahan dan bimbingan serta motivasi dari sang tokoh Idola saya ini, grup saya mulai terlihat tumbuh, tumbuh dan tumbuh. Berkembang perlahan lahan tapi pasti, hingga akhirnya melaju kencang.
Kini jumlah anggota di grup saya sudah susah dihitung lagi. Sudah terbilang ratusan ribu dan sudah tentu tidak hanya berasal dari Sampit ini saja melainkan hingga ke pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Dalam waktu dekat malah ada sub grup saya yang berencana akan bangun di Mumbay, India .
Suatu hal yang membuat saya amat terharu dan tak mungkin saya lupakan adalah sewaktu diri saya dipanggil maju kedepan untuk Diamond recognition. Ya, akhirnya saya meraih peringkat Diamond, dibawah bu Ryna (Double Diamond) dan bu Linda (Triple Diamond). Bu Linda di depan ribuan orang di hall itu berkata:”Inilah new Diamod Direct kita, ibu Hanifah, pembangun asal Banjarmasin. Saya meneteskan air mata. Bukanlah hanya karena saya berhasil meraihi peringkat itu yang artinya saya punya penghasilan minimal Rp 500 juta setiap bulan rutin, tetapi karena tidak hadirnya anak saya disitu. Saya hanya bisa berhandai handai kalau saja anak semata wayang saya itu bisa melihat ibunya sudah mencapai keberhasilan. Masih di atas panggung, pembawa acara menanyakan apakah selain bu Linda dan Lie Ryna mungkin masih ada lagi tokoh yang saya anggap berjasa besar dalam bisnis saya. Sebetulnya nama mas Bxx ingin saya sebut tapi ada peraturan di MGM orang yang berjasa haruslah dari kalangan MGM saja. 
Demikianlah, tentu saya tidak lupa pada semua pihak yang berjasa pada saya. Waktu saya tanyakan ke nci Ryna bagaimana caranya agar saya bisa balas budi kebaikan mas Bxx. Nci Ryna upliner saya hanya senyum sambil berkata:

"sudah, lebih baik kamu lupakan dia karena you're not the only one, you're nothing to him...ada banyak orang yang berharap serupa....."








Monday, April 15, 2019

Jadi Orang Kaya, Sulitkah?

Expand Messages
  • Ida Ayu Uriani
    Oct 20, 2014

    Saya punya cerita sendiri yang amat berkesan. Ada seseorang yang cukup menggugah pandangan saya ke masa depan. Kejadiannya di tahun 1995. Usia 17 tahun. Saya masih sekolah di SMK Pariwisata bagian perhotelan dan waktu itu berkesempatan magang disebuah hotel bintang 5. Bali Imperal. Sudah tentu bukan di jabatan yang tinggi, jauh dari itu. Hanya karyawan rendah di bagian Laundry. Kami di shift, di bagian dalam bagian langsung melakukan laundry atau ke bagian depannya untuk menerima cucian kotor atau memberikan yang sudah bersih, rapi.

    Sesuatu yang menarik disini ada beberapa kali ketika saya bertugas di depan, saya kedatangan seorang pria, yang bagi saya cukup tampan, berusia sekitar 30 tahun. Sangat ramah, senyumnya yang menawan tidak pernah ketinggalan. Meski selalu hanya sesaat karena hanyalah untuk memberikan pakaian kotor dan kemudiannya meminta pakaiannya yang sudah di laundry, bagi saya amat berkesan. Tidak cuma  saya sebenarnya. Saya ketahui banyak teman teman sekerja di hotel itu yang kurang lebih selevel dengan saya sebagai pegawai rendahan juga terkadang berbincang soal “bapak” tersebut. Ya, kami tentu musti panggil beliau ‘bapak’ karena memang jabatan beliau di hotel sangat tinggi, sebagai Financial Controller yang nota bene hanya setingkat dibawah GM, sebetulnya. Hebat memang. Di usia semuda itu beliau sudah masuk jajaran Manajemen hotel. Sudah “pegang” hotel, istilahnya. Kami orang Bali menyebut orang seperti bapak ini dengan kata “polos”. Polos disini maksudnya rendah hati.

    Suatu hari, sebagaimana biasanya beliau menukarkan pakaian kotor dengan yang bersih, tak dinyana beliau ajak saya ngobrol sedikit. Mulai dari menanyakan nama, sudah berapa lama kerja di hotel ini hingga sampailah pada pertanyaan,”mbak senang kerja disini? Atau apa punya rencana masa depan selain disini?”. 
    Terus terang pertanyaan yang satu ini cukup membuat saya tersadarkan bahwa selama ini tidak pernah saya ada pikiran kesitu. “ya, kalau bisa masa depan yang bagus, pak?”

    “oke, tapi untuk mencapai masa depan itu apa mbok Dayu sudah ada rencana cara menuju kesana?”

    “belum, pak” saya jawab begitu sambil menunduk malu.

    “Baiklah. Sekarang pertanyaannya apakah mbak Dayu ingin jadi kaya? Kalau jawabannya ya, percayakah bahwa jadi orang kaya itu pilihan dan mungkin bisa saja terjadi dalam hidup. Kalau percaya maka berusahalah menemukan caranya. Misalnya bekerja keras dan dapat melewati proses sehingga dapat berhasil mencapainya.”

    “Apa ada rahasianya pak untuk jadi kaya?”
    “Sebenarnya tidak ada rahasia untuk jadi kaya. Yang ada hanya mau atau tidak membayar harganya. Semakin kita mau membayar mahal harga yang harus kita bayar maka semakin dekat kenyataan itu akan terjadi dalam hidup kita. Hanya masalah waktu dan proses yang benar yang dapat mewujudkan semua itu jadi kenyataan.”

    “tapi barang kali bapak bisa kasih saya sedikit cara caranya?”

    “Ada sedikitnya 4 syarat yang harus dilewati, biasa disebut juga dengan kunci sukses yaitu:

    1.      Membangun jaringan relasi (Networking)

    2.      Belajar di setiap kesempatan (Long Life Learning)

    3.      Menemukan dan menciptakan ide 
    (Create and find idea/ Be Creative, Always)

    4.      Mengumpulkan modal (Capital Accumulation)
    Bagitulah tips yang bapak itu berikan dan terus buru buru saya ke tas saya, ambil kertas dan saya tulis. 4 poin itu selalu saya ingat dan berusaha saya terapkan.

Friday, March 15, 2019

Suatu Malam di Jl Dago


Expand Messages
  • Ryna Lie
    Dec 16 10:44 PM
    Image result for hotel sheraton bandung dago"

    Masih berstatus single, mandiri karena berkecukupan uang, begitulah keadaan diri saya. Tidak pernah sebelumnya terpikirkan saya berhasil memperoleh penghasilan pasif bulanan yang rutin seperti sekarang ini sebelum usia mencapai 30 tahun. Terima kasih saya kepada Bapa yang di Surga telah mempertemukan saya dengan ibu Linda Nisida, Double Diamond MGM Group.

    Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman yang bagi saya cukup unik, yaitu awal berkenalan dengan seseorang. Malam Minggu sekitar 2 tahun lalu saya diminta membuka grup baru di Bandung yang beranggotakan IBO sekitar 50 orang. Diselenggarakan di Hotel Sheraton di bilangan Dago. Acaranya dinamakan BBS (Business Building Seminar) yang mengetengahkan kisah perjalanan hidup saya hingga mencapai kesuksesan.
    Selesai acara, saya dan team diantaranya pak Tony Hartono dan pak Agus Setyawan dan beberapa orang lagi sengaja sudah sebelumnya mengatur tempat tersebut untuk sekalian dibuat acara dance, berkoordinasi dengan pihak hotel tentunya. Mulailah kami tenggelam dengan hingar bingar Berbagai musik dan berbagai irama disajikan, mulai dari Latin hingga Techno. Lagu lagunya juga bervariasi tahunnya, lagu terkini dan juga lagu lawas. Antara lain yang sangat berkesan yaitu lagu You should be dancing dari the Bee Gees yang sudah dire-mix sehingga seakan akan menjadi versi lain, menjadi lagu house music.

    Di saat break, saya sengaja keluar ruangan mencari udara segar. Saya jalan hingga menyusui jalan Dago dan sampai di Ayam Bakar Purwokerto, depan Thai Palace. Sebetulnya saya sama sekali tidak berniat untuk makan di sana karena memang sudah makan di hotel, tapi karena mendadak hujan dan deras sekali jadinya saya berlari masuk ke restoran itu untuk berteduh. Saya berdiri di pinggir resto itu, sekedar asal jangan kena hujan.
    Saya lihat jam sudah menunjukan pukul 1.15 malam. Saya pikir pasti pak Tony dan teman teman mencari saya. Keadaan jalan sudah lumayan sepi. Saya telpon teman teman yang masih di bangquet hall hotel dan memberitahukan kalau saya mungkin agak terlambat dan saya katakan saya berterduh sejenak. Setelah saya selesai menelpon baru saya menyadari kalau disebelah saya ada seorang bapak separuh baya, berbadan ukuran sedang sedang memeluk seorang anak perempuan yang berdiri disampingnya yang berusia sekitar 10 tahun, mungkin. Dari penampilan mereka sepertinya sih orang susah. Pakaian sibapak itu sudah lusuh warnanya. Celana yang dipakainya juga tak kalah kusam. Topi pet yang dikenakannya juga 11 12, sudah tidak pantas dipakai lagi. Pakaian anaknya masih lebih mendingan. Saya berpikir pastinya sibapak ini menomorduakan kepentingan dirinya dengan mendahulukan atu lebih mementingkan pakaian anaknya. Tampak jelas sekali mereka kedinginan.
    Namanya juga saya sebagai IBO (Independent Business Owner) yang sudah banyak terlatih dalam prospecting, begitu ada orang di jangkauan 1 m tanpa berlama-lama saya dekati dan menyapa mereka. ” Pak, anak perempuannya kedinginan tuh. Kalau mau bapak boleh pakaikan blazer saya ini, masih kering. Paling tidak anak bapak kan tidak kedinginan” Saya segera membuka blazer hitam saya, dan langsung saya kenakan ke anak perempuan tersebut.
    Tanpa bicara, bapak tersebut tidak menolak dan mengangguk sambil tersenyum. Pada saat itu saya baru sadar bahwa anak tersebut benar-benar kedinginan dan giginya bergemeletuk.
    “Tunggu sebentar disini pak!” pinta saya. Saya lari masuk ke dalam restoran dan saya meminta air putih hangat kepada pegawai resto. Saya bilang mau kasih anak yang kedinginan. Puji Tuhan saya justru diberikan teh manis hangat dan segera saya kembali memberikannya kepada bapak tersebut. “Ini pak,.. kasih ke anaknya!” selanjutnya mereka meminumnya berdua.
    Saya tunggu sejenak sampai mereka selesai. Saya hanya diam memandangi lalu lalang kendaraan yang lewat “Mbak atau saya panggil nci nih? Terima kasih banyak, mau menolong saya”. Saya ketawa kecil dan berkata ”ya...saya sih biasa dipanggil nci, tapi kalau dipanggil mbak juga tidak masalah. Ngomong-ngomong bapak pulang ke arah mana? Tanya saya, basa basi bertanya.  ”Di jalan Sersan Bajuri, di daerah Setiabudi sana. Nci tinggal di Bandung?”
    “Tidak” jawab saya dan kemudian saya lanjutkan ”Kenapa sampai larut malam pak, memangnya anak isteri bapak tidak menunggu di rumah? ”
    “Terus terangnya nci. Saya sudah lama pisah cerai dari istri saya termasuk dengan anak saya ini. Susah sekali saya bisa menemui anak ini, selalu dicegah ibunya yang sekarang sudah menikah lagi. Ini pas kebetulan hati ibunya lagi bagus. Saya diizinkan menbawa Fany (nama anaknya) ke rumah saya di Bandung. Tadi saya baru bawa Fany dari jalan jalan di Dago Tea House. Dari sana saya mengunjungi rumah teman saya. Fany rupanya kelelahan dan tertidur di rumah teman saya itu. Tapi saya tetap harus balik ke rumah karena kami tidak bawa pakaian buat menginap meskipun teman saya dan sitrinya sudah menawarkan untuk tidur saja malam ini di rumahnya. Nah, pas nunggu angkot tadi mendadak hujan turun. Jadi kami berteduh disini.”
    Mendengar penjelasan sibapak itu dengan suara terbata bata saya jadi serba salah. “Pak, maafkan saya kalau saya salah omong. Apakah boleh saya memberi uang buat bapak sebagai ongkos pulang ambil taxi malam ini? Itu kalau bapak berkenan. Ini...” saya sodorkan 5 lembar uang Rp 100.000,-. Bapak itu terdiam, lalu tersenyum. Tapi anehnya bukan senyum senang melainkan sebuah senyum yang, maaf, kalau saya katakan adalah senyum akibat menahan tertawa. Tapi kelihatan sekali dia berusaha mengendalikan dirinya. Kemudian beliau meminta dengan sopan dan kini sedikit airmatanya berlinang sambil mengencangkan pelukan ke anak perempuannya. ”Mohon diberikannya langsung ke anak ini saja, nci”. “ya sudah, dik ambil saja ini, dan pak tidak usah dipikirkan cara mengembalikannya”. Tiba tiba anaknya menangis sambil melihat ke arah handphone saya. Bapak tersebut sangat berusaha menghiburnya dan saya benar-benar bingung sekarang harus berbuat apa. Entah kenapa saya berikan saja handphone saya tersebut. Anak itu kemudian menelpon ke seseorang. Rupanya ke ibunya. Dia sedikit terhibur dengan handphone tersebut. Saya berikan kartu nama saya ke bapak itu, sebagai  kebiasaan mengikuti SOP prospecting. Sementara itu perlahan lahan saya berjalan agak menjauh dari mereka. Badan dan pikiran yang sudah lelah membuat saya benar-benar kembali tidak dapat berkonsentrasi. Saya putuskan untuk segera kembali ke hotel Sheraton.
    Saya hanya diam dan konsentrasi pada jalan yang saya lalui. Udara benar-benar terasa dingin apalagi saat itu saya tidak lagi mengenakan blazerdan ditambah gerimis kecil sepanjang jalan.
    Sesampai di hotel saya berusaha menghubungi nomor handphone saya dengan HP yang lain tapi hanya terdengar nada handphone dimatikan. “Biarlah. Saya kan seorang Diamond, berpenghasilan besar dan pasif” kata saya dalam hati menghibur diri.

    Esok paginya sewaktu saya menikmati breakfast di cofee shop hotel, seorang room boy menghanpiri saya. Dia bilang tadinya dia sudah berusaha kontak saya dikamar tapi tidak ada jawaban dan jadinya dia cari saya di resto ini. “Tadi ada tamu buat ibu tapi dia kelhiatan terburu buru sekali dan hanya mau menitipkan ini saja” kata room boy tersebut. Saya kaget melihat sebuah bungkusan besar. Saya tanya ke room boy, siapa nama bapak yang mengantar barang tersebut. Dia hanya menjawab dengan tersenyum dan dia bilang kalau yang mengantar hanyalah supirnya bapak yang tadi malam ibu ketemu. Lalu dia menambahkan kelihatannya sibapak itu orang berada karena mobilnya Subaru Forrester, bagus.
    Segera saya buka bungkusan itu dan “Ya Tuhan, semua milik saya kembali. Blazer, BB handphone, dan uangnya tapi yang membuat saya terkejut adalah uang Rp 500.000,- tadi malam telah dikembalikan sebesar 5 juta rupiah jauh melebihi uang yang saya berikan. Lalu ada kartu nama dimana di baliknya ada tertulis ;
    ”Nci, terima kasih banyak atas pertolongannya tadi malam. Ini saya kembalikan semua yang nci berikan karena saya anggap tadi malam sebagai pinjaman saja, bukan pemberian. Maafkan jika saya tidak sopan. Oh ya, maaf handphone milik nci terbawa dan saya juga lupa mengembalikannya tadi malam karena saya sedang larut dalam kesedihan. Terima kasih”.
    Segera saya tunjukkan ke teman teman saya dari MGM yang sedang sama sama menikmati breakfast. Saya ceritakan apa yang saya alami tadi malam. Reaksi pertama datang dari pak Tony. Dia ingin lihat siapa nama di kartu nama itu. Saya perlihatkan. Dia spontan berkata dengan nada agak tinggi:”ya pantas saja. Jangankan Rp 5 juta, dia kasih Rp 50 juta ke kamu juga masih ’gampang’ buat dia”. Saya jadi heran dan saya disuruh baca nama yang tertera disitu:

    Sonny Wahyu Wicaksono.

    Demikianlah, awal saya tanpa sengaja bersinggungan dengan siswa perguruan yang sudah sukses, atau disebut EF. Jadi ceritanya di malam itu saya beri uang ke orang yang sebetulnya lebih kaya dari saya. Ha ha ha….