Tuesday, February 12, 2019

Cindra Success Story Bagian 2


Cindra Rusni
Oct 19, 2015

Jujur saja, saya bukan orang yang bisa jualan. Saya tidak jago ngomong, kuper, pendiam, pemalu dan sering gagal di berbagai macam bisnis MLM sebelum gabung di MGM ini.  Tapi lewat Matrix 4x4 System di MGM-G ini segala sesuatunya menjadi mudah, bisa dilakukan via online/di belakang layar tanpa bertemu orangnya langsung. Sebetulnya suami kurang mendukung tapi karena faktor kepepet dari segi ekonomi dan sosial saya “lawan” untuk berjuang memperbaiki nasib dan membuktikan bahwa saya bisa sukses di sini.

Cash Back di bisnis ini setiap bulan bisa naik terus dari puluhan ribu s/d puluhan juta rupiah, bahkan hingga ukuran miyaran.  Asal mau fokus, konsisten kerjakan step-step yang diajarkan dan mau belajar membina grup. Kunci keberhasilan sebagai seorang RB (Relationship Builders) hanyalah totalitas, sepenuh hati, serta teguh pada pendirian dan impian.  Di mata saya, soal teknis dan kepintaran bukanlah nomor satu.  Teknis bagaimana menjadi RB yang baik, tinggal mengikuti panduan yang telah digariskan oleh MGM-G.

Kekuatan di bisnis Relationship Building ini sesungguhnya ada pada ilmu yang disebut dengan “The Power of 500”. Semua MGM member wajib mendengarkan audio book berjudul ini dari pakar pelatihan – mr james Gwee.  Intinya adalah dari pengembangan data Contact List – in or out. Kami diingatkan agar selalu dan selalu GALI DAFTAR NAMA! Seorang RB harus menjadi pakar di bidang ini, berhasil mendapatkan referensi untuk menggaet calon prospek yang lain apakah itu dari seorang prospek atau member yang belum mau aktif hingga member yang sudah jenuh memutuskan untuk mengundurkan diri.  Sayang sekali formula ini lebih banyak yang sering “terlupa” oleh para RBs. Padahal, The Power of 500 banyak berperan sebagai salah satu faktor penentu kesuksesan RB.  



Saya memang terkesan menggila dalam mengejar prospek dan mengundang ke Club Events sebagai Guest kita, tetapi amat saya cegah kesan membujuk apalagi memaksa. Ini hanya menungkinkan jika kita punya “stock” prospek yang banyak; pinjam istilah Upline Renny – berlimpah ruah. Ya, kalau stok prospek kita tidak berjumlah hingga ratusan, manalah mungkin kita bisa dengan leluasa memilih dan memilah mereka. Tidak ada waktu kita untuk mengejar prospek bahkan dalam beberapa kasus malah prospek yang mendatangi kita karena kita berhasil kesan PENASARAN pada si prospek pada Events yang kita tawarkan.  

Seorang RB harus menyadari bahwa closing atau Actuator memerlukan waktu dan kesabaran.  Dibutuhkan komitmen untuk selalu menindaklanjuti sesuatu yang dilakukan. Kita berusaha membangun kepercayaan dari para klien (Guest yang belum jadi member disebut Client) dan itu memang tidak mudah.  Namun semuanya akan dapat dituai sesuai dengan taburan yang kami lakukan.

Setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Maka, pendekatannya pun harus disesuaikan. Ada orang yang cenderung selalu menginginkan adanya unsur FUN dalam hidupnya. Bagi orang seperti ini motto “All works no play makes Jack a dull boy” sangat dipegang. Tipe orang sepertti ini paling mudah diajak turut serta dalam Event. Akan tetapi ada orang orang yang preferensinya untuk selalu menambah ilmu memperluas wawasannya. Tipe orang semacam ini cocok diajak Event berupa Success Training. Ada lagi tipe orang yang tidak suka berkegiatan, paling tidak untuk sementara ini. Mungkin karena orang itu sedang punya masalah pribadi. Maka program yang tepat buat orang ini adalah Counseling Moment.

Juga perlu dikuasai kiat kiat ketika menghadapi klien kelas kakap. Sebab di komunitas MGM semua member diarahkan konsep piramida terbalik, dimana porsi terbesar adalah menyasar ke level sosial ekonomi atas atau kaum menengah atas, bukan sebaliknya. Memang sewaktu baru bergabung, orang orang baru cenderung merasa nyaman melakukan prospecting di masyarakat bawah atau ekonomi lemah. Itu sah sah saja asalkan sesegera mungkin dirubah. Para RB dari MGM-G sebagian besar melakukan prospecting dimana kalangan atas berada seperti  rumah sakit kelas atas seperti RK Charitas, Palembang Square Mall, Palembang Golf Club,  Hotel *5 seperti Arista; bukan lagi sasarannya seperti di terminal bus Karya Jaya, atau pasar tradisional Cinde, kebon Semai.... karena kami sudah tahu masyarakat yang datang ke sana sangat berbeda.  Saya sangat menikmati pengalaman bertemu orang  orang dari lapisan atas ini.  Ada diantara mereka yang saking punya banyak uang, sampai bingung mau diapakan lagi uangnya itu,



Dalam memprospek orang orang kelas atas saya mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Hal paling utama yaitu mencari tahu dan menganalisis apa sebenarnya kebutuhan sang prospek.  Saya menganalisis pula dari segi keuangan untuk memastikan bahwa prospek memang mampu membayar harga harga Tiket Events yang ditawarkan. Soal persiapan dari segi penampilan, saya  berusaha tampil rapi, terkadang lengkap dengan blazer dan tas bermerek.  Ini penting karena saya merasa menjual kepercayaan.

Banyak masyarakat bisanya mencibir akan bisnis ini. Kalaupun melihat dari sudut orang orang yang sudah sukses di sini, mereka tahunya bisnis ini mudah, kelas kacangan. Sama sekali jauh dari itu.  Bisnis Bangun Jaringan bsa menjadi bisnis kaum elite, kelas atas tergantung bagaimana an darimananya kita membangun. Bisnis ini tidak mudah, tapi juga tidak mustahil dijalankan. Kalau soal dukanya, cukup banyak dukanya. Saya siap menunggu sampai sang calon member mengatakan “ya” untuk bergabung.  Saya  pernah menunggu seorang ibu di rumahnya yang sudah bilang mau gabung jadi member.  Saya tunggu di rumahnya yang mewah 2 lantai terletak kawasan Elit Di tengah kota Palembang. Orang orang bilang suka di sebut daerah PCK (Perumahan Cina Kaya)  di Jalan Nuri (dekat Jalan Rajawali / Bangau). 

Saya menunggu dari pagi sampai malam. sesuai dengan kesepakatan kami sebelumnya. Ternyata ia belum bangun. Ia baru bangun pukul 10.30, dan ia lupa sudah ada janji dengan saya. Bahkan, ibu itu mengomel karena saya datang saat itu. Ia akhirnya menyuruh saya datang lagi pukul 12.30. Begitu sampai di rumahnya kembali, ibu itu menyuruh saya kembali lagi jam 4 sore di kantornya. Setelah jam 4 sore, saya harus menunggu sampai jam 7 malam.  Akhirnya, mungkin ia melihat kegigihan saya, ibu itu mau bergabung langsung *3 atau bayar Iuran setahun penuh.  Bagi si ibu, membayar iuran 12 bulan sejumlah sekitar Rp 500 ribu itu cin cay, tak ada artinya. Namun kami di MGM tahu bahwa bukan sekedar nilai Rp 500 ribunya melainkan nilai dari si ibu itu, lebih tepatnya nilai DAYA BELI ibu itu. Benar saja kemudiannya terbukti itu itu selalu tidak masalah dalam mengikuti berbagai acara kami meski untuk itu ia harus bayar sampai jutaan rupiah!

Penolakan dari calon member selalu menjadi cerita duka bagi seorang RB. Akan tetapi, ketika memperoleh Cash Back yang dahsyat, seluruh duka itu seolah-olah terhapus.

No comments:

Post a Comment