Wednesday, March 14, 2018

Linda's Success Story











Perkenalkan saya Linda Nisida. Saya seorang pemerhati perempuan, putri Dayak Ngaju yang sangat mencintai tanah Bumi Isen Mulang, khususnya  seni dan budayanya. Asal Keluarga dari Pulang pisau dan Banjarmasin. Lahir di Banjarmasin dan besar di Palangkaraya. Dari orangtua mengalir darah campuran Dayak, Banjar dan Jerman .
Sejak Kalteng berpisah dengan Kalsel, maka tahun 1962, awalnya keluarga kami (ayah dan ibu) sebagai  orang dayak yang tinggal di Banjarmasin di Jalan Kalimantan sekarang Jalan W.R.Supratman, Gang Nusa Indah  di  seberang Kantor Kodim ( zaman dulu disebut Kampung Kristen karena disitu berdiam  komunitas dayak beragama Kristen), kemudiannya keluarga kami pindah dari Banjarbaru Kalsel dan menetap di Palangkaraya  untuk  ikut berpartisipasi membangun Kalteng.
Hobi saya Seni, menggambar, Kecantikan, memasak dan membaca. Saya merasa terpanggil untuk tetap berbuat sesuatu untuk negriku Kalteng, sampai tua tetap tidak kutinggalkan Bumi Tambun Bungai. Sampai akhir hayat saya berprinsip tetap menyumbangkan tenaga dan pikiran. 
Saya diperkenalkan kepada konsultan, guru dan sekaligus saya anggap penasehat spritual atau yang teman teman komunitas biasa memanggil beliau dengan sebutan ‘Aki’ di bulan Maret 2009. Belum lama ya, baru setahun. Waktu itu saya diminta menemani sahabat saya, Agnes Sekar, yang sedang ada seminar di Bandung dan saya pikir kebetulan sekali karena sudah lama saya ingin berkenalan dengan pria idola Agnes di Jakarta yang dipanggil ‘Aki’ ini. Apa sebab?
Ceritanya begini. Saya punya sepupu seorang dokter yang tinggal di Munich, Jerman bernama Milus Nyunting. Waktu sedang berlibur  ke tanah air pulang ke kampungnya di Senakin karena sedang ada acara pernikahan keluarga dan saya juga diundang ke sana, saya perkenalkan dokter ini ke Agnes yang memang sengaja saya ajak menemani saya ke Senakin. Waktu Agnes tahu sekembalinya nanti Milus menuju Jerman akan mampir di Jakarta, Agnes meminta tolong menitipkan suvenir buat Aki. Adik sepupu saya ini menyanggupi. Ceritanya jadi seru setelah beberapa bulan kemudian kami dengar kabar bahwa dokter Nyunting ini belajar suatu pelatihan sukses dengan pelatihnya bernama Susi, yang nota bene adalah muridnya Aki. Ini sebagai hasil pertemuan singkat Milus dengan Aki. Saya tidak akan jadi penasaran ingin tahu banyak kalau bukan yang bersangkutan sendiri dalam suatu email menceritakan kedahsyatan dari hasil pelatihan ini. Saya tahu Milus sejak kecil. Dia sangat anti dengan segala hal yang berbau klenik, magic/sihir dan sejenisnya. Kalau dia bilang sesuatu yang dahsyat berarti cukuplah tenang hati saya bahwa sesuatu atau pelatihan yang dimaksud Milus ini bersih dari hil hil yang mustahal. Lalu saya berpikir, kalau muridnya Aki saja bisa mengubah dahsyat adik sepupu saya ini dari dokter hingga menjadi seorang businessman yang sukses (bukan jadi terkun = dokter dukun), apalagi andaikan saya belajar langsung dari gurunya, si Aki itu?
Jadi setelah seminar giliran Agnes menemani saya untuk urusan saya menemui Aki. Awalnya Agnes menolak, tapi dari raut wajahnya sebagai sesama wanita saya tahu sebenarnya sobat saya ini juga ada keinginan untuk bertemu idolanya. Malah Agnes kemudiannya yang menelpon dan meminta ketemu; ah dasar malu malu kambing…. Kami berdua menuju hotel Shangrila Jakarta di dekat Land Mark dan BNI tower. Kelihatan sekali si Agnes ini berharap harap cemas. Tapi dalam perjalanan menuju kesana sebetulnya banyak pikiran negatif dalam diri saya bertanya tanya apakah sahabat saya ini sekarang sudah berubah nakal atau bagaimana. Karena selama saya kenal Agnes sudah beberapa kali dia ini suka menceritakan ‘pria’ ini meskipun dia sudah bersuami. Nah, di hotel ini dia janjian ingin ketemu sang idola dan kangen kangenan. Agaknya dia bisa nebak pikiran saya waktu itu makanya berkali kali dia bilang ke saya: ‘sudah jangan mikir yang neko neko, saya hanya ingin ketemu, tok, sekalian mumpung kamu mau ketemu dia’.
Image result for hotel shangrila jakarta picture
Sesampainya di hotel, bikin tambah heran lagi ternyata dia akan bertemu dengan sang idola di kamar. ???? bagaimana ini? Tapi saya diam saja ingin tahu. Saya sudah punya pikiran pasti waktu ketemu dan kangen kangenan dengan si mantan saya disuruh tunggu di lobby. 
Bel pintu kamar dibunyikan, tidak lama kemudian pintu terbuka dan muncul seorang gadis mandarin yang tinggi langsing dan amat sangat cantik bak bintang film memberi senyum seraya bilang: ‘masuk, ibu ibu. Sudah ditunggu’ bisa berbahasa Indonesia rupanya, meski terdengar agak pelo lidahnya dan sengau. Siapa lagi ini? Setelah di dalam barulah saya ketemu pria yang dicari Agnes. Pupus langsung pikiran negatif saya begitu melihat sikap beliau terhadap Agnes, dari cara beri senyum hingga menjabat tangan Agnes tidak ada kesan ada aliran listriknya. Malah terkesan menjaga jarak. Beliau ini kemudian memperkenalkan gadis cantik tadi itu bernama Aylen Kwok, warga negara Cina Hongkong, yang beliau bilang adalah muridnya. Justru malah saya menangkap dari cara Agnes memandang ke gadis ini tidak bisa dibohongi ada ekspresi cemburu. Bagaimana tidak, meski dibilang terbatas hubungan guru dan murid tapinya sang murid ini begitu menghormati dan mengabdinya pada sang guru. Bukan dari melayani kami sebagai tamu dalam menyuguhkan minuman, tetapi untuk hal hal yang kecil seperti misalnya waktu bapak ini baru mau membuka jaketnya karena merasa agak panas, si Aylen ini langsung sigap membantu membukakan. Waktu mau menuangkan air ke gelasnya, Aylen segera buru buru merebut gelasnya dan menuangkan air ke gelas itu. Waktu bapak ini permisi ke toilet, lagi lagi Aylen setengah berlari membukakan pintunya. Meskipun, terpancar dari wajah si Aki ini ada rasa risih dan kurang nyaman diperlakukan demikian. Makanya wajar saja Agnes yang memang pernah kagum dengan pria ini spontan nanya polos: ‘ini belajar dan mengajar apa sih?’ Dijawab si bapak ini:’ilmu kehidupan, pelatihan cara mengoptimalkan potensi tersembunyi dalam diri manusia’. Lalu lanjut Agnes ‘O, jadi cara berlatihnya musti di kamar hotel ya? Ini ilmu kehidupan atau ilmu menghasilkan kehidupan?’. Aylen dan sibapak ini saling berpandangan dan serempak mereka berdua ini tertawa keras. “What you see is not what you think” kata Aylen. Kemudian gantian Aki menimpali “Sudahlah, Nes. Saya tidak berubah, seperti saya yang dulu kamu kenal. Semua keluarga Aylen sudah pindah ke Hongkong termasuk saudara saudaranya sejak peristiwa eksodus 1998. Jadinya setiap kali mampir ke Jakarta buat councelling dengan saya dia terpaksa nyewa kamar hotel” sambung bapak ini. “Ah, kalau berubah juga mana saya tahu dan bukan urusan saya” lanjut Agnes dengan ketus. Namun kata kata ilmu kehidupan itu malah membuat saya penasaran ingn tahu lebih banyak. Saya minta dijelaskan. Aylen menjelaskan singkat tapi cukup jelas. Selanjutnya saya terlibat obrolan dengan Aylen sedangkan Agnes ngobrol dengan sang mantannya. Sesekali saya dengar nada cek cok, berdebat dari mereka. Lalu saya tanya ke Aylen apakah saya bisa gunakan untuk berbisnis. Aylen tanya bisnis apa dan saya jawab belum kepikiran bisnis apa. Malah saya balik tanya apa ada usul dari Aylen. Kemudiannya gadis cantik ini membuka suatu file dan memperlihatkan ke saya suatu jenis bisnis yang setelah saya amati mirip bergaya multi level marketing. Saya bilang ke Aylen bahwa saya termasuk yang paling alergi dengan jenis usaha seperti ini. Aylen cuma senyum dan balik nanya:’bu Linda punya modal berapa dulu, baru saya pikirkan usaha yang mungkin cocok buat ibu’ Saya hanya menggelengkan kepala dan bilang tidak punya modal. “karena tidak punya modal, saya diajarkan di pelatihan ini, berarti perlu pakai modal orang. Apakahpinjam modal dari teman atau buat agar teman teman kita memodali usaha kita” Aylen menjelaskan. Betul juga ya. Saya mau berwiraswasta tapi modal tidak ada. Untuk pinjam dari teman tidak ada yang akan mau pinjamkan tapi kalaupun mereka ada yang mau pinjamkan, sayanyalah yang tidak mau pinjam modal dari teman.  Inja-injam lunok, pribahasa Dayaknya yang artinya jangan membiasakan diri meminjam barang orang lain. Sebaiknya kita membeli sendiri. Nah kalau tidak punya lebih baik cari akal supaya hidup kita tidak terlalu merepotkan orang lain, atau membuat jengkel karena lupa akhirnya barang orang diambil. Tinggal cara kedua yang ternyata maksudnya adalah cara MGM atau Member Gets Members dengan sebutan kodenya – Quick Star.  Tege danom, tege lauk. ( Huang kueh bewei pasti tege rajaki). Artinya : dimanapun kita berada pasti ada rejeki, dimanapun, kapanpun dengan siapanpun kita berada yang penting sepenuh hati sehingga rejeki akan tetap bisa mengalir….dan melimpah karena Tuhan tidak pernah lupa dengan orang benar .
Saya minta izin membawa foto kopi berkas berkasnya untuk dipelajari. Sepanjang pulang dalam pesawat terus saya bolak balik kopi berkas berkas tersebut dengan sebelah tangan saya yang satu lagi menghitung dengan kalkulator; sementara Agnes terus saja menggerundel ngomong sendiri jengkel seakan akan baru saja memergoki pasangannya berbuat selingkuh. Kadang kadang sahabat saya ini rada aneh, tidak logis cara berpikirnya, emosian tanpa ada dasarnya. Kilau pusa matei anake (marah dan bingung seperti kebakaran jenggot).  Sangat gelisah, tidak bisa diam alias ada sesuatu yang mengganggu hati dan pikiran. Kilau mundok hong barah apui.
Sekembalinya dari Jakarta, saya mencoba metode MGM tersebut. Saya lakukan prosedurnya, mulai membuat daftar teman teman yang akan saya kontak kemudian memilah milahnya berdasarkan kriteria FACT – Financial Ambition Class dan Teachable. Lalu saya kontak satu per satu dari sekitar 100 nama nama kenalan yang berhasil saya tulis. Ada sekitar separuhnya yang berminat datang ke rumah saya untuk kumpul ngobrol ngobrol. Kebetulan hobi saya memasak. Saya sudah siapkan makanan buat 50 orang, sewa kursi dan peralatan lainnya, pokoknya seperti ada pesta saja. Lalu ada berapa yang datang? Nihil. Tidak ada satupun yang muncul batang hidungnya. Waktu saya telpon ke mereka besoknya tanya kenapa tidak datang, ada 1001 alasan dari mereka. Saya sedih. Uang sudah banyak keluar tapi hasil nol besar. Akan ngaju dia dinon manuk, akan ngawa dia dinon tabuan. Capek bekerja keras tapi tidak mendapat hasil apa-apa. Waktu Agnes menanyakan progressnya, karena dia sendiri memang tidak mau ikutan, saya ceritakan apa adanya. Agnes jadi malu dengan saya dan selanjutnya dia marah ke sang mantan.
Marahnya Agnes ini agaknya sangat efektif.  Saya segera ditelpon Aki minta saya menjelaskan kronologis usaha yang saya lakukan. Namun diluar dugaan, Aki menjawab dengan kalimat seperti ini: you’re on the right track (kamu berada di jalur yang benar)’ Jadi maksudnya mengundang banyak orang itu kemudian tidak satupun yang datang memang sudah lazim demikian, sudah di cara yang tepat dan hasil yang normal. Aki cukup balik menanyakan apakah saya sudah membangun 4 Pillars of  Economically Free; yakni: 1. KSF 2. Mastering 3. Leverage 4. Backup! Jangankan yang ke 2, 3, 4, baru yang pertama saja saya sudah dinyatakan Knock Out. Saya belum membangun Dream dan belum menguasai KSF untuk MGM. Padahal ada dibeberkan di manual. Akhirnya saya jadi malu sendiri dan saya memutuskan akan luangkan seminggu di Jakarta buat konsultasi. Aki setuju.

Demikianlah selama seminggu saya habiskan waktu buat belajar. Kali ini Agnes tidak ikut serta. Di hari pertamanya saya baru tahu bahwa Aki juga sedang merintis membangun suatu klub bisnis bernama Equitas. Saya dikenalkan dengan pak Hans Philep, salah seorang anggota klub yang sudah berusia diatas 70 tahun. Waktu itu kami bertemu di Kemang Residence, tempat salah seorang siswinya Aki tinggal. Saya ngobrol ngobrol dulu dengan pak Hans karena saya lihat cewek yang jadi siswinya Aki ini lagi duduk di lantai dan bersandar di dinding dengan muka tertunduk dan tampak Aki dalam posisi berdiri lagi memarahi anak gadis ini yang berusia dibawah 30 tahun. Gadis ini sebetulnya cantik sekali, putih, kelihatan dari posturnya, kakinya yang panjang, dia ini tinggi tubuhnya. Namun kesan saya terhadap cewek ini sepertinya anak nakal. Karena meski sedang ditegur, dinasehati, dimarahi Aki tapi terlihat senyum dibibirnya. Semakin Aki marah, semakin  melebar senyumnya, senang. Aki tidak melihat karena wajah cewek ini menunduk menghadap lantai tapi dari samping saya bisa lihat jelas. Kemudian dari pak Hans saya tahu namanya Susi dan memang kata om Hans anak ini punya kepribadian yang menyebalkan. La, bukankah ini Susi yang sering Milus bicarakan sebagai pelatihnya? Masak iya sih? Jadi selama ini Milus dilatih oleh anak kemarin sore? Jadi rupanya Milus belajar dari gadis nakal ini? Si Susiana Rusanti (nama lengkapnya) ini sedang ditegur karena kelakuannya yang suka jahil, usil mengganggu orang. Semakin orang yang diganggu marah, dia semakin senang. Saya tidak habis mengerti kenapa hubungan Aki dengan Susi itu sebegitu formalnya seperti guru dan murid, dimana sang guru sedang memarahi muridnya. Lalu kenapa selama ini Aki selalu bermuka manis ala salesman terhadap saya, selalu mengalah dan memanjakan saya dalam perlakuan seperti ke pelanggan saja. Ini saya tanyakan ke pak Hans. Beliau kemudian jelaskan bahwa ada 2 komunitas yang berada dalam komunitas yang dibangun Aki, yaitu anggota perguruan seperti Susi, lalu anggota business club seperti saya ini dan pak Hans. Keduanya mendapat perlakuan yang berbeda dari leader masing masing sekalipun pengertiannya bukan seperti atasan dan bawahan. Di lingkungan perguruan yang disebut Unisyn  berlaku hubungan antara pelatih dan siswa.
Namun hebatnya, kata om Hans menambahkan, Susi ini adalah siswanya Aki yang sudah punya penghasilan pasif dan paling tinggi besarnya setiap bulan (kala itu) hingga diatas Rp 500 juta dibanding murid murid Aki yang lain. Saya jadi heran tapi juga jadi termotivasi. Menurut saya, kalau anak yang senakal ini saja bisa memperoleh pendapatan pasif paling besar, lalu kenapa saya tidak bisa?
Hari itu Aki minta maaf terpaksa menunda waktu councelling karena mendadak beliau harus membantu Susi mengatasi suatu masalah akibat kenakalan si Susi ini. Saya diminta menunggu sebentar di apartemen selama beliau pergi keluar dengan Susi. Akibat dari menunggu ini agaknya sudah rencana Tuhan Yesus. Karena selama menunggu itu saya mendapat masukan banyak sekali dari pak Hans. Beliau bercerita bahwa sekitar 6 bulan sebelum saya memulai usaha ini sebetulnya konsep yang sama telah diuji-coba ke suatu kelompok di Jakarta Pusat, suatu kelompok yang 99%nya adalah umat Nasrani. Kelompok ini sudah mulai goyah dan akan segera bubar. Tentulah saya ingin tahu apa sebabnya. Apalagi sistem yang digunakan sama – MGM. Kesimpulan dari hasil analisa Susi, kata pak Hans adalah 2 faktor apa yang sudah saya pelajari di manual: tidak teachable dan tidak terjadi edifikasi. Saya lihat bagaimana ekspresi wajah pak Hans waktu menceritakannya, memerah penuh emosi kejengkelan. Setahu saya kesombongan itu dilarang agama (Wahyu 13:5). Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; …. Bahkan tambah pak Hans lagi untuk faktor terakhir yakni Crosslining, si Top One-nya malah mempertanyakan dengan nada meragukan, lebih tepatnya tidak bisa terima, didepan sejumlah massa yang digalangnya sendiri, dalam suatu home meeting. Saya tidak mengenal ibu yang dimaksud namun saya heran saja kenapa harus terjadi seperti itu. Apa lagi mayoritas mereka adalah umat Nasrani dari gereja yang sama. Oh, Tuhan Yesus! Untungnya Aki adalah orang yang berwawasan luas. Bila tidak, dengan mudah saja beliau memukul-rata bahwa semua umat Kristen adalah seperti itu. Memalukan! Meskipun bisnis MGM saya gagal, tapi sedikitpun saya tidak marah ke bapak konseptornya, apalagi sampai menyalahkan. Sejauh itu apa yang ditulis dalam manual tidak pernah saya ragukan atau pertanyakan.
Dalam agama  saya diajarkan pantang menyalahkan orang lain. Apakah berupa kalimat langsung seperti “itu salah anda, itu salah bapak/ibu…” ataupun kalimat tidak langsung seperti ‘kenapa kamu/anda/bapak/ibu melakukan itu? Kenapa kamu/anda/bapak/ibu tidak melakukan ini?”. Sama saja! Ini tercantum dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma 2:
1.        Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
2.        Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian.
3.        Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
4.         Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
Sewaktu Aki kembali dari bepergian tadi untuk menemui saya dan sebelum beliau memulai councelling saya cut dulu, saya ajukan beberapa permintaan. Bahwa saya minta Aki memperlakukan saya seperti murid Unisyn. Jadi kalau saya salah saya lebih suka Aki menegur sampai memarahi saya, sebagaimana beliau memperlakukan Susi. Tidak masalah karena saya ingin maju. Kalau saya berbuat salah, saya tidak akan dan tidak pernah menyalahkan orang lain selain diri sendiri. Tetapi saya ingin segera tahu agar saya bisa cepat mengkoreksinya. Sebetulnya Aki berkeberatan karena itu tadi beliau menganggap saya adalah kliennya. Juga saya minta segala ilmu yang diajarkan kepada Q members agar juga diajarkan ke saya. Untuk yang satu ini Aki balik bertanya mengenai kesanggupan saya dan saya segera jawab sanggup dengan penuh keyakinan diri. Meskipun Aki meragukan kesanggupan saya ini tapi beliau setuju untuk mencobanya.
Demikianlah mulai saat itu saya pelajari hampir segala sesuatu materi  yang diajarkan diperguruan apakah itu Hukum Alam Semesta, Sinergi Alam Semesta. Sub Consious Mind hingga apa apa yang harus dilakoni seperti meditasi sampai puasa mutih. Karena saya tidak melihat sedikitpun adanya penyimpangan dalam pelatihan di perguruan ini yang bertentangan dengan agama saya, Kristen Evanjelis dan saya yakin juga disemua agama.
Memang sejalan dengan waktu pelan pelan terbukti saya tidak sanggup mengikuti seluruh pelajarannya. Terlalu berat. Saya harus cukup puas bisa menguasai 50% saja dari ilmu perguruan yang bernama HBO (Human Being Optimization) itu. Namun pada pokoknya saya sudah bersumpah ke diri saya sendiri akan menjadi ‘siswa’nya Aki yang sangat TEACHABLE  dan PROAKTIF sekalipun yang bersangkutan tidak pernah menganggap saya sebagai muridnya, hingga kini. Apa saja yang Aki ajarkan sampai instruksikan saya ikuti tanpa tanya tanpa reserve apalagi mempertanyakan. Baru di komunitas inilah saya tahu ciri ciri orang yang teachable dan yang tidak antara lain yang pertama ‘bertanya’ sedangkan yang kedua ‘mempertanyakan’. Panjang tanduk balemu atei. Maknanya : Baiklah kita hidup dengan panjang sabar dan penurut karena belum pengalaman dan sebaiknya nasehat orang yang lebih berpengalaman didengar karena nasehat itu yang menyelamatkan hidup kita dan dengan hidup panjang sabar seeorang akan berbahagia karena Tuhan akan mencukupkan kehidupannya tepat pada waktunya.
Saya ingin maju. Saya ingin sukses. Saya sudah bosan jadi orang tergolong ekonomi pas pasan, yang hanya bisa sedih melihat uang yang masuk ke rekening bank hanya numpang lewat.  Sampai sekarang dan seterusnya saya selalu berpegangan pada falsafah yang diberi Aki ke saya: ‘Kalau kita ingin sukses kita hanya punya 2 pilihan: sukses atau alasan. Kalau kita pilih alasan, kita tidak akan sukses dan sebaliknya kalau kita mau sukses jangan ada alasan’. Sungguh betul sekali. Selalu saya gunakan kalimat kalimat sakti ini bagai mantra saja. Saya sedikit modifikasi jadi: SUKSES atau SUKSES. Misalnya saya mau ketemu orang kebetulan tempat ketemunya jauh atau hari sedang hujan atau tidak ada yang mengantar atau kendala apa saja segera saya kembalikan ke kalimat itu. Pilih: tidak kesana karena jauh, atau karena hujan atau karena harus pakai kendaraan umum atau karena apa saja; atau tetap kesana karena satu hal - ingin sukses. Sederhana tapi ampuh. Sekali lagi, seluruh Standard Operating Procedures untuk MGM saya ikuti. Apa yang namanya edifikasi, crosslining, Pace Setter, 15 planner, Depth Charger  semua saya ikuti tanpa syarat tanpa tanya, pendeknya saya telan saja. Kembali, karena saya ingin sukses. Saya ingin merubah nasib dan menurut kaum muslim - Tuhan hanya akan merubah nasib seseorang bila orang tersebut mau merubahnya. Dari Aki saya sedikit sedikit dapat petuah dari Islam, tidak masalah karena Aki orangnya juga selalu ingin belajar mengenai Kristen.
Pokoknya saya bergerak ke depan seperti pakai kaca mata kuda, tidak menoleh ke kiri atau ke kanan dan persis seperti yang dipesankan Aki: “bu, awalnya untuk bergerak itu sulit. Ibarat mobil berhenti hendak kita dorong. Berat sekali tapi musti kita paksakan dorong diri kita untuk maju. Nanti setelah mulai bergerak makin lama bergeraknya makin cepat dan sebaliknya tenaga yang harus kita kerahkan makin sedikit hingga pada akhirnya ibu akan kewalahan sendiri karena mobilnya atau diri ibu sudah berlari kencang tanpa bisa dihentikan lagi. Itulah yang disebut momentum dalam ilmu fisika”. Sangat betul, guruku!
Kemudiannya saya padukan MGM Quick Star ini dengan konsep HBO itu (Human Being Optimization). Saya mulai terapkan the Law of Attraction dari Hukum Alam Semesta. Saya visualisasikan jumlah member grup saya ada banyak, ratusan ribu orang, tidak terbatas saya bayangkan di Kal Teng, tetapi seluruh nusantara bahkan lintas negara. Di saat kelompok saya berjumlah……1 (satu) orang yakni diri saya saja. Sesuai petunjuk konsultan (Aki), saya menyengaja datangi hotel hotel besar di Palangka Raya termasuk hotel bintang 4 Aquarius Boutique hanya untuk masuk melihat banquet hall atau tempat pertemuannya yang biasa digunakan buat seminar. Di ruangan itu paling saya hanya meluangkan 5 sampai 10 menit, kecuali bisa memungkinkan lebih lama dari itu, duduk diam agar bisa memperoleh ‘feel’ sebagai syarat law of attraction. Saya bayangkan seluruh kursi di ruangan besar itu diduduki oleh semua anggota grup saya. Juga saya ikuti seminar seminar gratis hanya lebih kearah ingin menbayangkan lebih nyata saja karena bila di seminar gratis ada terisi banyak orang, live, agak terasa lebih mudah merasakannya.
Langkah terakhir sebelum operasional lagi saya tanya ke guru apa kiatnya lagi agar orang orang mau datang menemui saya. Jawabnya Aki rada nyeleneh sesuai kelakuannya yang sudah dikenal oleh siswa siswinya-eksentrik, inilah jawabannya: jual diri sendiri! Terus terang, kalau ucapan itu datangnya bukan dari orang yang saya hormati mungkin orang itu sudah saya maki maki. Tapi tentu beliau ada penjelasan lebih lanjut. "ya, jual diri kita. Orang datang bergabung ke komunitas itu karena melihat bu Linda, BUKAN melihat komunitasnya. Artinya, rubahlah lebih dulu diri kita menjadi pribadi yang menyenangkan. Diri kita harus punya sikap sebagaimana yang disarankan Falun Dafa: Jujur atau berintegritas, baik dan sabar. Sikap baik itu sendiri punya makna yang luas dimana sikap tidak sombong, rendah hati, tidak menyalahkan orang dan segala sikap sikap positif lainnya kumpul disitu" . Barulah saya mengerti apa arti jual diri atau kata kerennya 'self salesmanship'. Guru saya merangkumkan dalam 3 langkah kecil penjualan: 1. Jual diri sendiri 2. jual komunitas positif 3. jual Indonesia. Maksud poin ke 2, jual komunitas positif, adalah efek duplikasi. Tularkanlah cara kita self promotion itu ke setiap individu di dalam grup kita sehingga berefek kemudiannya kita punya KOMUNITAS POSITIF. Sedangkan waktu saya tanyakan yang ke 3, kenapa kita harus jual Indonesia? Guru menjawab singkat: karena ada lebih dari 200 juta populasi; bandingkan Singapura yang hanya sekitar 5 juta orang. Saya makin bingung dan bertanya lagi (tapi bukan mempertanyakan), 'Ki, apa hubungannya antara populasi Indonesia dan komunitas saya?' Si bapak menjawab singkat sambil tersenyum:'hubungannya baik baik saja'...... Kemudiannya saya dijelaskan apa maksudnya, tetapi tidak saya uraikan disini karena pesan guru hanya boleh dijelaskan ke para anggota komunitas kita. Kemudian tanya saya lagi, apakah tips tips ini juga diberikan di komunitas di Jakarta guna memperlancar bisnis MGM mereka?  Disini saya lihat reaksi guru saya ini langsung menunduk dengan wajah kecewa, tetapi beliau ini tidak mau membeberkan. Meski sudah saya desak berbagai cara tetap saja beliau ini bungkam. "Itu menyalahi kode etik, bu, maaf. Saya menjadi lebih terbuka kepada orang tertentu saja" Lalu saya kejar lagi, siapa contohnya orang tertentu itu. Disini beliau mau membuka diri memberi beberapa nama siswa siswinya yang sudah termasuk apa yang disebut A1 Ring. Nah, yang mengejutkan saya ternyata si anak nakal Susi termasuk didalamnya (waktu itu Aylen belum termasuk). Ah, saya tidak kehilangan akal. Saya berusaha minta waktu ke Susi untuk bicara. Awalnya gadis ini juga sama tertutupnya; like grand daughter like grand father. Tapi waktu saya bilang ingin tahu soal grup pusat, mata gadis ini jadi berbinar binar penuh semangat, malah minta segera bisa ngobrol. Inilah yang saya dapat dari Susi, bahwa sang pelatih kesayanyannya itu punya prinsip 'siapapun boleh belajar dari saya' asal tetapinya orang tersebut juga mau diajar. "Aki  punya kebiasaan yang jelek", kata Susi, lalu dia menambahkan "karena Aki bagaimanapun adalah manusia biasa, kebiasaan jelek itu beliau selalu segera menghentikan suatu proses transfer ilmu atau informasi begitu sedikit saja sang guru ini tahu orang yang akan diajarkan itu tidak teachable". Oh, betullah ternyata, jadi proses transfer of knowledge itu tidak berlanjut alias mandeg di kelompok tersebut. Puji Tuhan Yesus saya sudah dibukakan pintu hati saya sejak awal agar selalu teachable.
Saya tarik sebentar kisah ini ke waktu sekarang dimana keadaan Financial Freedom telah saya capai dan bila saya irut kebelakang lagi ke waktu tersebut di paragraf di atas, aduh, mengerikan, tidak bisa terbayang oleh saya apa jadinya kalau diwaktu itu saya tidak teachable. Keadaan saya sekarang ini bisa dipastikan masih keadaan diwaktu keuangan saya selalu 'numpang lewat' itu. Mengerikan, sangat mengerikan andai Tuhan Yesus saat itu tidak mengasihi saya membiarkan saya sebagai orang yang tidak teachable.

Saya tarik sebentar kisah ini ke waktu sekarang dimana keadaan Financial Freedom telah saya capai dan bila saya irut kebelakang lagi ke waktu tersebut di paragraf di atas, aduh, mengerikan, tidak bisa terbayang oleh saya apa jadinya kalau diwaktu itu saya tidak teachable. Keadaan saya sekarang ini bisa dipastikan masih keadaan diwaktu keuangan saya selalu 'numpang lewat' itu. Mengerikan, sangat mengerikan andai Tuhan Yesus saat itu tidak mengasihi saya membiarkan saya sebagai orang yang tidak teachable.

Thought become things! Sesuai apa yang diutarakan dalam buku the Secret (Rhonda Byrne). Mulai nyata, beranjak kelipatannya secara eksponensial, dari mulai saya, menjadi 2 orang menjadi 20 terus ke 60 orang…. Lalu setiap kali jumlah orang dalam kelompok melebihi 10 segera saya split. Misalnya sudah berjumlah 11 orang, maka saya jadikan kelompok A dan B. Begitu A jadi 12 saya pecah jadi C (6 orang) dan D (6 orang). Juga begitu B jadi 13 saya pecah jadi E (6 orang) dan F (7 orang) begitulah seterusnya. Kemudiannya saya bentuk organisasi yang bertugas mengatur keuangan dan tim khusus yang mengkoordinir rotasi anggota sehingga setiap minggu setiap anggota akan selalu diputar dari tempat pertemuan satu ke tempat lainnya, ke kelompok kelompok lainnya agar setiap anggota bisa mengenali seluruh teman teman anggota dari kelompok lain. Artinya: relasi! Setiap anggota menjadi punya kesempatan memiliki relasi yang tidak hanya berasal dari relasi yang dia bentuk tetapi juga yang dibentuk oleh orang lain.
Pertemuan ini dilakukan setiap minggu dari rumah ke rumah. Biayanya? Saya tetapkan Rp 200 ribu per orang perbulan atau boleh dicicil Rp 50 ribu setiap minggu terlepas apakah orang itu akan hadir di minggu itu atau tidak tetap harus bayar. Dari Rp 50 ribu setiap minggu itu, separuhnya untuk beli makanan dan minuman. Sedang sisanya sebesar Rp 25 ribu dijadikan dana cash back. Misalkan ada 10 orang saja yang akan hadir, berarti saya akan menyajikan makanan dan minuman senilai Rp 250 ribu. Nilai sebesar ini untuk di lingkungan Palangka Raya sudah bisa makan dan minum enak termasuk es krim, pudding dan berbagai kueh.
Mungkin pembaca bertanya apa dan bagaimana cara saya mengundang teman teman datang ke pertemuan. Jawabnya tidak ada yang istimewa. Saya hanya mengajak teman teman kumpul di rumah saya sekedar silaturahmi sambil makan makan enak. Sayalah yang masak dan setelah berkembang ke banyak tempat saya beserta teman teman tetap yang mengorganisir memasaknya hingga berkembang kini menjadi sebuah restoran yang tentunya tidak hanya buka di hari minggu waktu pertemuan itu, melainkan setiap hari selayaknya sebuah restoran. Menu mingguanpun kita variasi sekaligus memperkenalkan berbagai macam masakan seeluruh nusantara. Lagi, apa topik yang dibicarakan setiap kumpul? Jawabnya – tidak ada yang dibicarakan! Bahasa jawanya- ngobrol ngalor ngidul. Bicara melantur tak tentu arah. Mungkin anda mengira yang kumpul hanyalah kaum ibu ibu saja? Salah. Kelompok saya terdiri dari beragam masyarakat; tua muda, besar kecil, karyawan wiraswasta sampai profesional seperti dokter, pengacara dsb. Lo kok bisa? Kalau ada yang bertanya seperti itu malah saya akan balik bertanya: kenapa tidak bisa?
Memang waktu kumpul di Senakin ada salah satu anggota Equitas yang tidak masuk ke pikirannya kenapa saya bisa mengumpulkan sebegitu banyak orang tanpa ada embel embel daya tarik untuk mengumpulkannya. Susi yang juga hadir waktu itu langsung menjawab: ‘semua itu dimulai dari diri kita sendiri. Bu Linda memiliki kepribadian yang menawan dan beliau selalu menularkannya atau duplikasi ke teman temannya lagi'. 
 Kilau mamahit hunjun papan. Yang jelas lanjutan cerita si ‘anak nakal’ ini cukup bisa membuat tertawa mereka yang mendengarkan waktu itu. Jadi betullah, segala sesuatunya itu harus dimulai dari diri kitaTidak akan terjadi sesuatu kalau tidak ada yang memulai.. Dia oloh manajur pilus amon jatun rumbake. Juga kita harus jaga self image atau bahasa gaulnya ‘ja-im’sebagai suatu diri pribadi yang baik dimata banyak orang.  Bukan sebaliknya. Kilau kayu nihau parurok. Maknanya : Seseorang yang image nya sudah rusak, tidak punya kredibelitas, integritas, kalau kita tetap tidak mau merubah sikap yang buruk maka orang akan tidak bergaul dengan kita. Apapun yang kita kerjakan dipandang sebelah mata karena orang akan mundur teratur daripada di cap sama dengannya.
Sekarang ini grup saya sudah berkembang tersebar tidak terbatas di nusantara saja melainkan sudah melintas batas sampai ke Spanyol, Belanda, Korea Selatan, Malaysia, Thailand  dan segera di Hong Kong karena dibantu oleh mbak Aylen meskipun gadis nan cantik ini bukan berbisnis MGM.  Saya tidak tahu bagaimana itu terjadi karena saya memang belum pernah mengunjungi negara negara itu. Setelah grup disana terbentuk barulah saya kesana. Dari database divisi IT organisasi saya (kami sudah bisa mempekerjakan 5 orang tim IT) bisa terlihat ada member yang berada di negara negara itu. Waktu saya tanya ke Aki, beliau bilang ‘sudah pasti itu akibat reaksi berantai. Di bisnis seperti ini, lanjutnya lagi, mungkin satu satunya jenis usaha yang bisa memperdekat jarak setiap negara. Awalnya saya tidak mengenal seorang gadis bernama Aylen yang berada di Hongkong. Tapi hanya karena mengenal seseorang dan kemudian orang itu mengenal orang lain lagi dan orang yang terakhir itu yang menjadikan Aylen kenal dengan saya. Hanya 3 steps!’
Setelah berhasil kami menghimpun anggota lebih dari dua ratus orang barulah tercetus idea kenapa kumpul hanya kumpul saja? Kenapa tidak sekalian:
  • Mempromosikan budaya Dayak? Bukankah grup sudah mencapai luar negeri? 
  • Bertransaksi antar anggota. Jual apa saja, begitu dilempar langsung ada 200 orang pembeli. Kalau sekarang? Punya ratusan ribu pembeli!Setelah berhasil kami menghimpun anggota lebih dari dua ratus orang barulah tercetus idea kenapa kumpul hanya kumpul saja? Kenapa tidak sekalian:   
    Mempromosikan budaya Dayak? Bukankah grup sudah mencapai luar negeri? 
    Bertransaksi antar anggota. Jual apa saja, begitu dilempar langsung ada 200 orang pembeli. Kalau sekarang? Punya ratusan ribu pembeli!

Itulah sebetulnya sasaran Aki sejak awalnya: berburu di kebun binatang. Jadi sekarang ini para anggota tidak perlu bersusah payah memasarkan barang masing masing. Teman teman yang tadinya sebelum gabung komunitas saya sering alami kesulitan dalam memasarkan bisnis pribadinya sekarang ini jadi terbuka lebar. Bukan saja yang berwira usaha ukuran sedang sampai besar, tetapi hingga yang masih mulai atau ukuran kecil seperti jualan baju, kain, makanan dari rumah ke rumah dan berbagai produk kecil kecilan lainnya. Teman teman saya ini mengaku merasa sangat terbantu dengan adanya komunitas saya ini. Kalau dulunya mereka harus berkunjung dari rumah ke rumah, capek, habis waktu dan ongkos dengan hasil belum tentu besar, sekarang mereka cukuplah datangi pertemuan pertemuan kami dan sudah bisa diperkirakan kepastian yang akan laku terjual. Lalu dengan adanya KOPERASI, mereka yang berwiraswasta dibidang yang sama, misalkan jualan pakaian, koperasi akan bantu mengelola usaha mereka menjadi usaha bersama sama sehingga tidak lagi terjadi persaingan antar anggota. Benar, kami sudah membangun koperasi sendiri sesuai anjuran aki. Bukan CV dan bukan PT karena badan usaha Koprasi langsung bisa melekat pada pertumbuhan klub, seperti istilah kerennya ‘plug ‘n play’.  Koperasi juga membantu dalam hal pemasaran. Para anggota yang berwiraswasta tinggal submit perihal produk mereka ke admin organisasi dan admin yang akan mempublikasikan ke seluruh anggota. Selanjutnya selalu dan sudah bakal pasti para anggota menjadi pembeli merangkap kemudiannya jadi pelanggan! Karena konsep lain yang diajarkan Aki: ‘Belanja di bisnis sendiri’ dengan dilabel –esprit de corps. Kemudiannya Koperasi juga berperan sebagai KSP (Koperasi Simpan Pinjam). Para wiraswastawan atau calon calon entrepreneur di komunitas menjadi amat terbantu dalam permodalan. Belakangan ini setiap bulannya para anggota tidak perlu repot repot belanja bulanan. Tinggal angkat telpon dankoperasi yang akan mengantarkan sampai ditempat tujuan. Koperasi ini yang mengisi barang barangnya juga adalah para anggota. Saat ini kami tengah mencoba membangun website agar bisa diadakan online shopping. Masih banyak lagi manfaat koperasi yang dirasakan oleh para anggota dan tidak bisa saya sebutkan satu per satu.. Jadi kembali konsep Aki selalu saya jalankan, patuhi tanpa tanya kenapa ini kenapa itu. Ujungnya bekerjalah konsep: dari oleh dan untuk anggota.
Apa yang menjadi rancangan Susi, Shoba dan Aylen sebetulnya bukan murni MLM, banyak yang diawalnya mengira seperti itu. Salah sekali! Metode yang dipakai memang MIRIP MLM, tetapi yang diambil  cuma dari segi pemasaran dan komisi. Selanjutnya adalah bisnis di sektor riil murni. Susi menangkap apa yang Aki keluhkan dari hasil pengamatan beliau soal bisnis mlm. Umumnya, yang ‘kurang ajar’ di bisnis mlm adalah seseorang dan seluruh anggota usaha jejaring itu setelah bersusah payah membangun suatu jaringan, kemudiannya hasil jaringan yang terjadi hanyalah bisa digunakan sekali saja, yakni untuk kepentingan si perusahaan mlm itu. Sedangkan metode yang dirancang Susi cs berlawanan. Jaringan yang terbentuk bisa dimanfaatkan berkali kali tanpa batas sebanyak yang kita mau!!! Kalau saya pikir pikir lagi memang betullah, saya selalu memandang anak yang terkenal nakal di komunitas Equitas ini adalah juga anak yang jenius dalam segi akademis atau teori. Namun Susi selalu memandang sang pelatihnya sebagai orang yang jenius. Masuk akal. Menurut saya tokoh Aki adalah orang yang jenius di segi konsep praktek. Beliau ini bukanlah Helo guntur bara kilat (Oloh je lalau tamam pandere, tapi jatun kaharati tuntang kapintare). Aki ini bukanlah orang yang hanya banyak omong tapi tidak berisi, tetapi memang Wiseman dan a Hands on conceptor.
 Memang betul bahwa antara teori dan faktanya masih berbeda jauh. Tetapi saya yakin itu terjadi akibat duplikasi yang kurang baik dan yang mana hingga kini masih terus saya perbaiki. Moment yang tidak akan saya lupakan adalah waktu saya menerima Rp 1 juta yang pertama di bulan Oktober 2009 masuk ke rekening. Waktu saya lihat jumlah itu ditabungan saya, setengahnya saya berteriak sehingga suami saya yang waktu itu menemani saya antri di ATM terheran heran ada apa. Memang hanya sejuta rupiah tapi kejadian ini jauh sebelumnya sudah dipesankan oleh Aki, bila itu kemudiannya terjadi agar disyukuri karena inilah awal dimulainya lembaran baru kehidupan, awal dimulainya unstoppable income atau yang umum biasa sebut dengan kataPassive Income. Uang sebesar itu meskipun sangat berarti bagi saya tetapi di saat itu juga saya langsung minta antar suami saya ke gereja untuk disumbangkan. Moment kedua dibulan berikutnya saya pikir akan terima sekitar Rp 1,5 juta, tapi yang saya terima adalah lebih dari 2 juta rupiah. Kembali saya ingat lagi ucapan Aki bahwa di bisnis ini penghasilan yang kita terima tidak bergerak mengikuti deret ukur biasa melainkan deret eksponensial. Baru saya mengerti.
Waktu saya melihat rekening tabungan saya berjumlah lebih dari 20 juta rupiah di bulan Januari tahun ini (2010) saya langsung telpon ke Aki untuk mengundang beliau merayakan pesta kecil. Aki bertanya buat apa dirayakan lalu saya jawab seumur hidup saya belum pernah saya lihat uang sebesar itu ditabungan. Eh, si Aki malah jawabnya ngeledek saya dengan berkata begini: ‘ah, bu, itu sih yang bu Linda lihat kalaulah berupa gunung es baru puncak dari puncaknya. Nanti saja 2 bulan lagi waktu Equitas merayakan ulang tahun di Senakin ibu ikut merayakan sekalian semua anggota klub merayakan keberhasilan ibu”. Asem deh, agak jengkel dan kecewa juga saya tetapi dibalik itu dalam hati kecil saya juga seakan akan dibuat penasaran. Dalam hati saya jadinya berkata ‘iya deh kita lihat 2 bulan lagi’. Tambah lagi aki pesan atau lebih tepatnya meminta saya berjanji, saya boleh ambil uang ke ATM setiap perlu tapi jangan pernah melihat saldonya sampai Aki ikut melihatnya nanti. Saya tepati janji itu. Janji untuk sesuatu yang kecil bila dibanding dengan perubahan besar yang sudah saya alami, apalah artinya. Kalau untuk ini saja saya tidak bisa menepati janji, berarti saya menganggap diri saya bukanlah manusia; sampai saya berkata begitu dan disaksikan/didengar langsung oleh suami dan anak anak saya. Menjelang tgl 15 ulang tahun Equitas, pak guru datangnya dari Jakarta agak terlambat, sudah sehari menjelang hari H. Sesampai beliau di Balik Papan saya, suami dan anak yang ikut menjemput beliau. Masih di lingkungan air port saya bawa sang guru dan rombongan yang ikut serta, jadi 2 mobil ke BCA terdekat, bukan ATM. Dalam menuju ke tempat itu entah berbagai peraasan apa saja ada dalam pikiran saya, mendadak saya jadi agak sesak nafas. Saya suruh suami saya antri untuk print buku tabungan. Tapi saya sempat lihat Aki agak bisik bisik bicara ke suami saya. Selesai di print, muka suami saya berubah muram, jalan menunduk diam. Saya tanya kenapa, dia menggeleng, diam saja. Saya lihat muka sang guru sih biasa saja, biasa tanpa ekspresi tapi wajah teman teman rombongan dimana waktu itu ada bu Pungky dan Aylen agak bertanya tanya. Susi yang juga terlihat biasa basa saja. Hal yang lebih bikin saya bingung, setelah ini memang kami berencana ke hotel dimana tempat Aki menginap dan menuju ke sana suami saya mendadak tidak mau semobil dengan saya, tapi maunya semobil dengan Aki. Saya kan jadinya heran ada apa ini sebenarnya. Baru deh setelah di kamar Aki, suami saya memeluk saya dengan mata agak berkaca kaca dan bilang, ‘bu, tabungan ibu sekarang jumlahnya lebih dari 300 juta rupiah!’ Mendadak saya tidak bisa lihat apa apa, segala sesuatu jadi gelap. Waktu sadar saya sudah terbaring di tempat tidur di kamar Aki. Semua mata yang hadir disitu tertuju ke saya. Jadi saya rupanya baru saja pingsan. Begitu bangun orang yang saya hampiri pertama si Aki dan saya pukul berkali kali karena saya menyangka pastilah beliau ini yang punya gagasan. Suami saya buru buru menghentikan saya. Eh, ternyata idea itu datangnya memang bukan dari Aki, melainkan…siapa lagi?  Mendadak Aki bilang ke bu Pungky yang berdiri dekat pintu: ‘bu Pungky, tahan tuh sianak nakal jangan boleh sampai dia keluar kamar!”. Kini semua mata tertuju ke Susi yang sedang diam diam mencoba keluar dari kamar. Idea dari sianak nakal! Ah, memang menjengkelkan si anak ini. Tapi kalau bukan dia, saya tidak pernah dikenalkan Pipeline Method. Untungnya kan saya ini tidak punya sakit jantung. Namun bagi saya apapun yang terjadi terpenting adalah saat ini saya berpenghasilan setiap bulan sudah hampir Rp 500 juta dan itu adalah suatu anugerah tak terhingga dari Tuhan Yesus.
Image result for gereja kalimantan evangelis
Pastinya anda bertanya tanya bagaimana dengan penghasilan beberapa level di bawah saya. Saya punya perhitungannya. Anda bisa lihat dalam attachment. Hanya saja untuk nilai penghasilan faktanya sengaja tidak saya cantumkan karena akan membuat cerita saya ini menjadi amat panjang dan membosankan karena penuh dengan angka angka.
Jadi bisa anda lihat bahwa semua teman teman anggota kelompok saya juga memperoleh bagian. Jika mereka berbeda hanya karena masalah level saja.
Bagi saya, Aki adalah saluran berkat terlepas dari apa agama yang beliau anut tetapi pandangan saya terhadap umat beragama lain menjadi jauh lebih moderat dibanding dulu sebelum saya menjadi siswanya Aki. Saya kebetulan dipercaya sebagai Ketua Majelis Sinode GKE (Gereja Kalimantan Evangelis) Bidang Pelayanan Anak dan aktif dalam Pelayanan Kategorial Anak Sekolah Minggu Majelis Sinode  GKE se Kalimantan.
Image result for gereja kalimantan evangelis
Hal yang amat menyentuh hati saya juga adalah kokohnya pendirian konsultan (guru) saya tersebut, terutama pada ucapannya. Sebab sampai sekarang beliau tidak pernah mau menerima sepeserpun dari saya meski entah sudah banyak kali saya coba. Alasan beliau seperti ini:
‘Dulu di awal bangun usaha ini kan bu Linda pernah tanya ke saya nanti jikalau usaha ini berhasil berapa persen yang saya minta bagian dan waktu itu saya bilang nol persen. Saya harus komit dengan ucapan saya sendiri’
Waktu saya tanya lagi kenapa harus sekaku itu, apa tidak bisa sedikit saja fleksibel. Beliau menjawab: kalau hewan yang penting bisa dipegang ekornya. Karena manusia tidak punya buntut makanya ucapannyalah yang harus bisa dipegang.
Luar biasa deh orang ini Padahal kapanpun beliau ini berubah pikiran dan bilang satu kata “ya” maka didetik itu juga akan saya transfer untuk bagian beliau.
Berikutnya inilah salah satu motto beliau yang selalu saya juga pakai: HIDUP ADALAH ANUGERAH TUHAN.
Semoga Tuhan Yesus memberkati Aki, guruku sepanjang masa dan juga seluruh teman teman komunitas saya.

No comments:

Post a Comment